BAB I
PENDAHULUAN
·
Latar Belakang
Air merupakan
kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, sehingga tidak ada kehidupan
seandainya tidak ada air di bumi. Namun, air dapat menjadi malapetaka jika
tersedia dalam kondisi yang tidak benar, baik kualitas maupun kuantitas airnya.
Air yang bersih sangat dibutuhkan maunia, baik untuk keperluan sehari-hari,
untuk keperluan industri, untuk kebersihan sanitasi kota, dan sebagainya.Di
zaman sekarang,.yang mana polusi air
merupakan suatu peristiwa masuknya zat, energi, unsure atau komponen lainnya ke
dalam air, sehingga kualitas air terganggu yang ditandai dengan perubahan
warna, baud an rasa. Beberapa contoh polutan antara lain: Fosfat yang berasal
dari penggunaan pupuk buatan dan detergen, Poliklorin Bifenil (PCB) senyawa ini
berasal dari pemanfaatan bahan- bahan peluma dan plastic, Minyak dan
Hidrokarbon dapat berasal dari kebocoran pada roda dan kapal pengangkut minyak,
logam- logam berat berasal dari industri bahan kimia dan bensin, Limbah
Pertanian berasal dari kotoran hewana dan tempat penyimpanan makanan ternak,
Kotoran Manusia berasal dari saluran pembuangan tinja manusia
Pencemaran air yang terjadi di berbagai wilayah di
Indonesia, seperti beberapa contoh di atas, telah mengakibatkan terjadinya
krisis air bersih. Lemahnya pengawasan pemerintah serta keengganan untuk
melakukan penegakan hukum secara benar menjadikan problem pencemaran air
menjadi hal yang kronis yang makin lama makin parah.
·
Tujuan
Untuk mengetau
bagaimana terjadinya suatu pencemaran air dan bagaimana dampak dan cara
penanggulangan dari suatu pencemaran air
PEMBAHASAN
A.
Defenisi.
pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
energi, dan atau komponen lain kedalam air oleh kegiatan manusia, sehingga
kualitas air turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan air tidak
berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya”. Dan Banyak penyebab sumber pencemaran air, tetapi secara umum
dapat dikategorikan menjadi dua yaitu sumber kontaminan langsung dan tidak
langsung. Sumber langsung meliputi effluent yang keluar dari industri, TPA,
rumah tangga, dan sebagainya. Sumber tak langsung adalah kontaminan yang
memasuki badan air dari tanah, atau atmosfer berupa hujan. Pada dasarnya sumber
pencemaran air berasal dari industri, rumah tangga, dan pertanian. Tanah dan
air tanah mengandugn sisa dari aktivitas pertanian misalnya pupuk dan pestisida.
Kontaminan dari atmosfer juga berasal dari manusia yaitu pencemaran udara yang
menjadikan hujan asam.
Yang mana Indikator
atau tanda bahwa air di lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan atau
tanda yang dapat diamati dan digolongkan menjadi :
©
Pengamatan secara fisis, yaitu pengamatan
pencemaran air berdasarkan tingkat kejernihan air, perubahan suhu, warna, dan
adanya perubahan bau atau rasa.
©
Pengamatan secara kimiawi, yaitu pengamatan
pencemaran air berdasarkan zat kimia yang terlarut (perubahan pH).
©
Pengamatan biologis, yaitu pengamatan pencemaran
air berdasarkan mikroorganisme yang ada dalam air, terutama ada tidaknya
patogen.
Seperti yang kita ketahui bahwa Indikator yang umum
diketahui pada pemeriksaan pencemaran air adalah
1.
pH (konsentrasi ion hydrogen)
Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan
mempunyai pH antara 6,5 – 7. Sebagian besar biota akuatik sensitive terhadap
perubahan pH dan menyukai pH antara 7 – 8,5. Nilai pH sangat mempengaruhi
proses biokimiawi perairan misalnya, proses nitrifikasi akan berakhir pada pH
yang rendah. Pengaruh pH pada komunitas perairan dapat dilihat dalam tabel 1.
Tabel 1. Pengaruh pH terhadap komunitas perairan
Nilai pH
|
Pengaruh Umum
|
6,0 - 6,5
|
1. Keanekaragaman
plankton sedikit menurun
2. Kelimpahan total, biomassa, dan produktivitas tidak
mengalami perubahan
|
5,5 - 6,0
|
1. Penurunan
keanekaragaman plankton semakin tampak
2. Kelimpahan total, biomassa, dan produktivitas masih
belum mengalami perubahan yang berarti
3. Alga hijau berfilamen mulai tampak pada zona litoral
|
5,0 - 5,5
|
1. Penurunan
keanekaragaman dan komposisi plankton semakin besar
2. Terjadi penurunan kelimpahan total dan biomassa
zooplankton
3. Alga hijau berfilamen semakin banyak
4. Proses nitrifikasi terhambat
|
4,5 - 5,0
|
1. Penurunan
keanekaragaman dan komposisi plankton semakin besar
2. Penurunan kelimpahan total dan biomassa zooplankton
3. Alga hijau berfilamen semakin banyak
4. Proses nitrifikasi terhambat
|
Pada pH <4, sebagian tumbuhan air mati karena tidak dapat
bertoleransi terhadap pH rendah. Namun ada sejenis alga yaitu Chlamydomonas achidopila yang
mampu bertahan pada pH sama dengan 1.
2.
Oksigen terlarut (DO)
Tanpa adanya oksigen terlarut, banyak mikroorganisme dalam
air tidak dapat hidup karena oksigen terlarut digunakan untuk proses degradasi
senyawa organik dalam air. Oksigen dapat dihasilkan dari atmosfer atau proses
fotosintesis alga. Oksigen yang dihasilkan dari proses fotosintesis alga tidak
efisien, karena oksigen yang dibentuk akan digunakan lagi oleh alga untuk
proses metabolism pada saat tidak ada cahaya. Kelarutan oksigen dalam air
tergantung pada suhu dan tekanan atmosfer. Berdasarkan data yang ada, kelarutan
oksigen dalam air pada suhu 25°C dengan tekanan 1 atm adalah 8,32 mg/L .
3.
Kebutuhan Oksigen biokimia (BOD)
Dekomposisi bahan organik terdiri dari dua tahap, yaitu
terurainya bahan organik menjadi bahan anorganik dan bahan anorganik yang tidak
stabil berubah menjadi bahan anorganik yang stabil. Misalnya ammonia mengalami
oksidasi menjadi nitrit atau nitrat. Pada penentuan nilai BOD, hanya
dekomposisi tahap petama yang berperan, sedangkan oksidasi bahan anorganik
(nitrifikasi) dianggap sebagai penganggu.Dengan demikian BOD adalah banyaknya
oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme dalam lingkungan air untuk memecah
(mendegradasi) bahan buangan organik yang ada dalam air. Pada dasarnya proses
oksidasi bahan organik berlangsung cukup lama. Menurut Effendi (2003) proses
penguraian bahan buangan organik melalui proses oksidasi oleh mikroorganisme
atau oleh bakteri anaerobik adalah :CnHaObNc
+ (n+a/4-b/2-3c/4)O2 >>>>> nCO2 +
(a/2-3c/2)H2O + cNH3.Untuk kepentingan praktis, proses
oksidasi dianggap lengkap selama 20 hari, tetapi penentuan BOD selama 20 hari
dianggap masih cukup lama. [enentuan BOD ditentukan selama 5 hari inkubasi,
maka biasa disebut BOD5. Selain memperpendek waktu yang diperlukan,
hal ini juga dimaksudkan untuk meminimumkan pengaruh oksidasi ammonia. Selama 5
hari inkubasi, diperkirakan 70 - 80% bahan organik telah teroksidasi (Effendi,
2003).
4.
Kebutuhan oksigen kimiawi (COD)
COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar jumlah
buangan yang ada dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia baik yang
dapat didegradasi secara biologis maupun yang sukar didegradasi. Bahan buangan
organik tersebut akan dioksidasi oleh kalium bikromat yang digunakan menjadi
sumber oksigen menjadi CO2 dan gas H2O serta sejumlah ion
krom.Jika dalam perairan terdapat bahan organik yang resisten terhadap degradasi
biologis misalnya tannin, fenol, polisakarida, dan sebagainya, maka lebih cocok
dilakukan pengukuran COD daripada BOD. Kenyataannya hampir semua zat organik
dapat dioksidasi oleh oksidator kuat, diperkirakan 95% bahan organik dapat
dioksidasi.Seperti pada BOD, perairan dengan COD tidak diinginkan bagi
kepentingan perikanan dan pertanian. Nilai COD pada perairan yang tidak
tercemar biasanya kurang dari 20 mg/L, sedangkan pada perairan tercemar dapat
lebih dari 200 mg/L. dan pada limbah industri dapaat mencapati 60.000 mg/L.
B.
Komponen Pencemaran
Air
komponen pencemaran
air yang berasal dari limbah industri, rumah tangga, dan pertanian dapat
dikelompokkan sebagai buangan :
1.
Bahan buangan padat adalah bahan buangan yang berbentuk padat, baik yang kasar
atau halus, misalnya sampah. Buangan tersebut apabila dibuang ke air akan
mencemari dan akan membentuk larutan, pengendapan, dan koloidal.
2.
Bahan organik dan
olahan bahan makanan yang merupakan Bahan
buangan organik umumnya berupa limbah yang dapat membusuk atau terdegradasi
oleh mikroorganisme, sehingga apabila dibuang keperairan akan menaikkan
populasi mikroorganisme. Dalam hal ini kadar BOD akan naik. Tidak menutup
kemungkinan dengan bertambahnya mikroorganisme dapat berkembang pula bakteri
patogen yang berbahaya bagi manusia. Demikian pula untuk pembuangan olahan
bahan makananyang sebenarnya termasuk bahan organik, namun baunya lebih
menyengat. Umumnya bahan buangan makanan mengandung protein dan gugus amin,
maka bila didegradasi akan terurai menjadi senyawa yang mudah menguap dan
berbau busuk.
3.
Bahan buangan
anorganik didegradasi oleh
mikroorganisme, umunya adalah logam. Apabila masuk ke perairan, maka akan masuk
sejumlah ion logam dalam air. Bahan buangan anorganik ini biasanya berasal dari
limbah industri yang melibatkan penggunaan unsur logam. Yang mana Kandungan ion
Mg dan Ca dalam air akan menyebabkan air bersifat sadah. Kesadahan air yang
tinggi dapat merugikan karena dapat merusak peralatan yang terbuat dari besi
melalui proses korosi. Selain itu juga menimbulkan endapan atau kerak dalam
peralatan.
4.
Bahan
buangan cairan berminyak yang mana Bahan buangan berminyak yang
dibuang ke air akan mengapung menutupi permukaan air. Jika buangan minyak
mengandung senyawa yang volatile, makan akan menjadi penguapan dan luas
permukaan minyak yang menutupi permukaan air akan menyusut. Penyusutan minyak
ini tergantung pada jenis minyak dan waktu. Lapisan minyak pada permukaan air
dapat terdegradasi oleh mikroorganisme tertentu, tapi membutuhkan waktu yang
lama.
5.
Bahan buangan
berupa panas (polusi thermal) yaitu Perubahan
kecil pada air lingkungan bukan saja dapat menghalau ikan atau spesies lainnya,
namun juga akan mempercepat prose biologis pada tumbuhan dan hewan dan bahkan
akan menurunkan tingkat oksigen dalam air. Akibatnya akan terjadi kematian pada
ikan atau akan terjadi kerusakan ekosistem. Untuk itu polusi termal ini pun
harus dihindari .
6.
Bahan buangan zat
kimia banyak ragamnya, tetapi dalam
pencemaran air ini dikelompokkan menjadi :
·
sabun
Adanya sabun yang mencemari lingkungan air biasanya ditandai
dengan timbulnya buih pada permukaan air. Bahan buangan sabun akan mengganggu
kehidupan dengan alasan :Larutan sabun akan menaikkan pH air sehingga dapat
mengganggu kehidupan dalam air. Detergen yang menggunakan bahan nonfosfat akan
menaikkan pH sampai 11.Bahan antiseptic yang ditambahn kedalam sabun juga
mengganggu kehidupan mikroorganisme didalam air, bahkan dapat mematikan.Ada
sebagian bahan sabun yang tidak dapat dipecaholeh mikroorganisme di dalam air.
·
Bahan pemberantas
hama
Pemakaian pemberantas hama (insektisida) pada lahan
pertanian seringkali meliputi daerah yang cukup luas, sehingga sisa insektisida
pada daerah pertanian tersebut cukup banyak. Sisa bahan insektisida tersebut
dapat sampai ke air lingkungan melalui pengairan sawah, melalui hujan yang
jatuh pada daerah pertanian kemudian mengalir ke sungai atau danau
disekitarnya. Semua jenis bahan insektisida bersifat racun apabila masuk ke
dalam air lingkungan.
·
Zat warna kimia
Tanpa adanya zat warna, hasil atau produk dari sebuah
industri tidak akan menarik. Dengan pertimbangan tersebut hampir semua produk
memanfaatkan zat pewarna agar produk dapat dipasarkan dengan mudah. Zat warna
tersusun dari chromogen dan auxochrome. Chromogen
merupakan senyawa aromatik yang berisis chromopore,
yaitu zat pemberi warna yang berasal dari radikal kimia. Sedangakn auxochrome
merupakan radikal yang memudahkan terjadinya pelarutan, sehingga zat warna
dapat meresap dengan baik.Semua bahan pewarna bersifat racun bagi tubuh
manusia, kecuali bahan pewarna makanan, minuman atau obat-obatan. Zat pewarna
yang masuk ke dalam tubuh manusia dapat bersifat cocarcinoenik, merangsang tumbuhnya kanker.
Selain sifatnya racun, zat pewarna juga akan mempengaruhi kandungan oksigen
dalam air yang menjadi gangguan bagi mikroorganisme dan hewan air.
·
Zat radioaktif
Tidak menutup kemungkinan adanya pembuangan sisa zat
radioaktif ke air lingkungan secara langsung. Ini dimungkinkan karena aplikasi
teknologi nuklir yang menggunakan zat radioaktif pada berbagai bidang sudah
banyak dikembangkan. Adanya zat radioaktif dalam lingkungan jelas sangat
membahayakan bagi lingkungan dan manusia.
C.
Penyebab Pencemaran
Air
·
Meningkatnya
kandungan nutrien
dapat mengarah pada eutrofikasi.
·
Sampah
organik seperti air comberan (sewage) menyebabkan peningkatan kebutuhan
oksigen pada air yang menerimanya yang mengarah pada berkurangnya oksigen yang
dapat berdampak parah terhadap seluruh ekosistem.
·
Industri
membuang berbagai macam polutan ke dalam air limbahnya seperti logam berat, toksin organik, minyak, nutrien dan padatan. Air limbah tersebut
memiliki efek termal, terutama yang dikeluarkan oleh pembangkit listrik, yang dapat juga
mengurangi oksigen dalam air.
·
Seperti
limbah pabrik yg mengalir ke sungai seperti di sungai citarum
·
pencemaran
air oleh sampah
D.
Bahaya dari Polusi Air
Bibit- bibit
penyakit berbagai zat yang bersifat racun dan bahan radioaktif dapat merugikan
manusia. Berbagai polutan memerlukan O2 untuk penguraiannya. Jika O2 kurang,
penguraiannya tidak sempurna dan menyebabkan air berubah warnanya dan berbau
busuk. Bahan atau logam yang berbahaya seperti arsenat, uradium, krom, timah,
air raksa, benzon, tetraklorida, karbon dan lain- lain dapat merusak organ
tubuh manusia atau dapatmenyebabkan kanker. Sejumlah besar limbah dari sungai
akan masuk ke laut.
Polutan
ini dapat merusak kehidupan air sekitar muara sungai dan sebagian kecil laut
muara. Bahan- bahan yang berbahaya masuk ke laut atau samudera mempunyai akibat
jangka panjang yang belum diketahui. Banyak jenis kerang- kerangan yang
mungin mengandung zat- zat yang berbahaya untuk dimakan. Laut dapat pula
tercemar oleh yang asalnya mungkin dari pemukiman, pabrik, melalui sungai, atau
dari kapal tanker yang rusak. Minyak dapat mematikan burung dan hewan laut
lainnya, sebagai contoh efek keracunan dapat dilihat di Jepang. Merkuri yang
dibuang oleh sebuah industri ke teluk minamata terakumulasi di jaringan tubuh
ikan dan masyarakat yang mengkonsumsinya menderita cacat dan meninggal.
E. Usaha- Usaha untuk Mencegah dan Mengatasi Polusi
Air
Pengenceran dan
penguraian polutan air tanah sulit sekali karena airnya tidak mengalir dan
tidak mengandung bakteri pengurai yang aerob, jadi air tanah yang tercemar akan
tetap tercemar dalam waktu yang lama, walau tidak ada bahan pencemaran yang masuk.
Oleh karena itu banyak usaha untuk menjaga agar tanah tetap bersih, misalnya:
·
Menempatkan daerah
industri atau pabrik jauh dari daerah pemukiman atau perumahan
·
Pembuangan limbah
industri diatur sehinga tidak mencemari lingkungan atau ekosistem
·
Pengawasan terhadap
penggunaan jenis- jenis pestisida dan zat – zat kimia lain yang dapat
menimbulkan pencemaran
·
Memperluas gerakan
penghijauan
·
Tindakan tegas
terhadap perilaku pencemaran lingkungan
·
Memberikan
kesadaran terhadap masyarakat tentang arti lingkungan hidup sehingga manusia
lebih mencintai lingkungannya
·
Melakukan
intensifikasi pertanian
BAB III
DAMPAK PENCEMARAN AIR DALAM SUATU UNSUR LOGAM
1.
Keracunan Barium (Ba)
Beberapa senyawa
barium mudah larut dalam air dan ditemukan di danau atau sungai. Dampak yang
ditimbulkan senyawa barium yang berbeda tergantung pada kelarutan senyawa
barium. Barium yang tidak
larut dalam air, tidak berbahaya dan sering digunakan oleh dokter untuk tujuan
medis. Senyawa barium yang
larut dalam air dapat menyebabkan efek kesehatan yang berbahaya, misalnya
kesulitan bernapas, tekanan darah meningkat,
perubahan irama jantung, iritasi perut, pembengkakan otak, kelemahan otot, kerusakan hati, ginjal, dan limpa.
2.
Keracunan Berilium (Be)
Pekerja pabrik yang
bekerja pada pertambangan atau pengolahan bijih, pabrik yang menggunakan paduan
dan manufaktur kimia dengan berilium, permesinan atau daur ulang logam yang
mengandung berilium sangat berbahaya, karena mereka menghirup udara tempat
kerja yang terkontaminasi dengan berilium. Tinggi tingkatan
berilium di udara menyebabkan kerusakan paru-paru. Berilium diserap
perlahan-lahan dari paru-paru ke dalam darah, dan kemudian diangkut ke sistem rangka, hati dan ginjal.
3.
Keraacunan Kadmium (Cd)
Kadmium merupakan salah satu jenis logam logam berat yang
berbahaya karena elemen ini beresiko tinggi terhadap pembuluh darah. Cadmium
berpengaruh terhadap manusia dalam jangka waktu panjang dan dapat terakumulasi
pada tubuh khususnya hati dan ginjal. Secara prinsipil pada konsentrasi rendah
berefek terhadap gangguan pada paru-paru, emphysema dan renal turbular disease
yang kronis. Bagi manusia, Cd sebenarnya merupakan logam asing. Tubuh sama
sekali tidak memerlukannya dalam proses metabolisme. Karenanya Cd sangat
beracun bagi manusia dan dapat diabsorspi tubuh dalam jumlah yang tidak
terbatas, karena tidak adanya mekanisme tubuh yang dapat membatasinya yang mana
Kadmium ditemukan dalam pembuatan baterai, plastik PVC, pigmen cat, pupuk, rokok, dan kerang yang berada di
sekitar lingkungan pabrik.Keracunan logam kadmium terdiri dari 15-50%
penyerapan melalui sistem pernapasan dan 2-7% melalui sistem pencernaan.Target
organ adalah hati, plasenta, ginjal, paru-paru, otak, dan tulang.
4.
Keracunan Merkuri (Hg)
Elemen merkuri (Hg)
berwarna kelabu-perak, sebagai cairan pada suhu kamar dan mudah menguap bila
dipanaskan. Hg2+ (senyawa
anorganik) dapat mengikat karbon, membentuk senyawa organomerkuri. Metil Merkuri
(MeHg) merupakan bentuk penting yang menimbulkan keracunan pada manusia. Industri yang
menggunakan logam merkuri adalah :
§ Tambang dan proses
biji Hg.
Sebagian senyawa
merkuri yang dilepas ke lingkungan akan diubah menjadi metilmerkuri (MeHg) oleh
mikroorganisme dalam air dan tanah. MeHg dengan cepat
akan diakumulasikan dalam ikan atau tumbuhan dalam air permukaan. Kadar merkuri dalam
ikan dapat mencapai
100.000 kali dari kadar air disekitarnya, jika ikan tersebut berada di
lingkungan pabrik yang menggunakan logam merkuri. Orang-orang yang
mempunyai potensial terkena merkuri (Hg) diantaranya :
§
Pekerja pabrik yang menggunakan Hg
§
.Janin, bayi dan anak-anak :
a)
MeHg dapat menembus plasenta.
b)
Sistem saraf sensitif terhadap keracunan Hg.
c)
MeHg pada ASI, maka bayi yang menyusu dapat terkena racun.
§
Masyarakat pengkonsumsi ikan yang berasal dari daerah
perairan yang tercemar merkuri.
Merkuri termasuk
bahan teratogenik. MeHg
didistribusikan keseluruh jaringan terutama di darah dan otak. MeHg terutama
terkonsentrasi dalam darah dan otak, 90 % ditemukan dalam darah merah. Efek toksisitas
merkuri terutama pada susunan saraf pusat (SSP) dan ginjal, dimana merkuri
terakumulasi yang dapat menyebabkan kerusakan SSP dan ginjal antara lain tremor (gerakan fluktuatif
gemetar pada tubuh) dan kehilangan daya ingat. MeHg mempunyai efek
pada kerusakan janin dan terhadap pertumbuhan bayi. Kadar MeHg dalam darah bayi
baru lahir dibandingkan dengan darah ibu mempunyai kaitan signifikan. Bayi yang
dilahirkan dari ibu yang terkena racun MeHg dapat menderita kerusakan otak
dengan akibat :
a)
Retardasi mental, yaitu keadaan
dengan intelegensia yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak
lahir atau sejak masa anak).
f)
Gangguan menelan makanan.
Efek terhadap sistem
pernapasan dan pencernaan makanan dapat menyebabkan terjadinya keracunan yang
parah. Keracunan merkuri
dari lingkungan dapat mengakibatkan kerusakan berat pada jaringan paru-paru, sedangkan keracunan makanan yang mengandung merkuri dapat
menyebabkan kerusakan liver.
E. Keracunan Besi (Fe)
Besi merupakan logam
berat, karena dengan mengonsumsi suplemen zat besi, anak-anak kecil akan
keracunan, misalnya, konsumsi sebanyak 5-9 tablet besi 30 mg. Konsumsi makanan
yang mengandung besi dapat menimbulkan efek racun, karena besi diserap dengan
cepat dalam saluran pencernaan.] Sifat korosif dari
besi lebih meningkatkan penyerapan racun. Keracunan besi dapat terjadi jika
mengonsumsi sulfat merah-tablet yang dilapisi besi atau preparat multivitamin
dewasa untuk permen.] Sumber-sumber lain
dari besi adalah air minum, pipa besi, dan peralatan masak. Target organ adalah
hati, sistem kardiovaskular, dan ginjal.
F. Keracunan Arsene (As)
Arsen di air di temukan dalam bentuk
senyawa dengan satu atau lebih elemen lain. Senyawa arsen
dengan oksigen, klorin atau belerang sebagai arsen inorganik, sedangkan senyawa dengan karbon
dan hidrogen sebagai arsen
organik. Arsen inorganik
lebih beracun dari pada arsen organik. Tempat pembuangan
limbah kimia mengandung banyak arsen, meskipun bentuk bahan tak diketahui
(organik/inorganik). Arsen masuk ke
dalam tubuh manusia umumnya melalui makanan dan minuman. Arsen yang tertelan
secara cepat akan diserap lambung dan usus halus kemudian masuk ke
peredaran darah. Arsen inorganik
telah dikenal sebagai racun manusia sejak lama, yang dapat mengakibatkan
kematian. Dosis rendah akan mengakibatkan kerusakan jaringan. Bila melalui
mulut, pada umumnya efek yang timbul adalah iritasi saluran makanan, nyeri,
mual, muntah dan diare. Selain itu
mengakibatkan penurunan pembentukan sel darah merah dan putih, gangguan fungsi jantung, kerusakan pembuluh darah, luka di hati dan ginjal.
G.
Keracunan Timbal(Pb)
Setiap tahun, industri memproduksi sekitar 2,5 juta ton
timah di seluruh dunia, seperti untuk baterai, cat, penutup kabel, pipa, amunisi, bahan bakar aditif,plastik PVC, x-ray perisai, produksi
kaca kristal, dan pestisida. Target organ
adalah tulang, otak, darah, ginjal, dan
kelenjar tiroid
H.
Keracunan Kromium (Cr)
Dalam bentuk makanan, kromium diserap
10-25 %. Kromium digunakan dalam pembuatan baja, batu bata dalam
tungku, pewarna, pigmen untuk meningkatkan ketahanan logam dan krom, penyamakan kulit,
dan kayu. Penjualan produk atau bahan kimia yang mengandung kromium dan bahan
bakar fosil menyebabkan
terjadinya pembakaran ke udara, tanah, dan air. Partikel menetap di
udara dalam waktu kurang dari 10 hari, akan menempel pada partikel tanah, dan
dalam air dengan sedikit larut. Efek racun akan
timbul, jika menghirup udara tempat kerja yang terkontaminasi, misalnya dalam
pengelasan stainless steel, kromat atau produksi pigmen krom, pelapisan krom,
dan penyamakan kulit. Selain itu, jika
menghirup serbuk gergaji dari kayu yang mengandung kromium akan menimbulkan
efek keracunan. Efek toksik kromium dapat merusak dan mengiritasi hidung,
paru-paru, lambung, dan usus. Dampak jangka
panjang yang tinggi dari kromium menyebabkan kerusakan pada hidung dan
paru-paru. Mengonsumsi makanan
berbahan kromium dalam jumlah yang sangat besar, menyebabkan gangguan perut, bisul, kejang, ginjal,
kerusakan hati, dan bahkan kematian.
I. Keracunan Kobalt (Co)
Kobalt menetap di udara selama
beberapa hari. Kobalt menetap
bertahun-tahun dalam airdan tanah,
sehingga dapat bergerak dari tanah ke air bawah tanah. Setiap orang dapat
terkena kobalt pada tingkat rendah di udara, air, dan makanan. Orang-orang yang
tinggal di daerah limbah berbahaya yang mengandung kobalt dapat terkena efek
racun kobalt. Pekerja yang
membuat produk-produk yang mengandung kobalt dapat mengalami keracunan. Toksisitas akut
kobalt dapat diamati sebagai efek pada paru-paru, asma, pneumonia, dan sesak napas. Pada tahun 1960,
beberapa pabrik bir menambahkan kobalt
dalam bir untuk menstabilkan busa. Beberapa orang yang
minum dalam jumlah besar bir mengalami mual, muntah, dan efek serius pada
jantung. Namun, efek pada
jantung tidak terlihat pada orang yang mengidap anemia atau wanita hamil.
J.
Keracunan Nikel (Ni)
Nikel dan senyawanya tidak memiliki
karakteristik bau atau rasa.] Nikel terdapat di
udara, menetap di tanah atau dikeluarkan dari udara dalam hujan.] Sumber utama nikel
adalah asap tembakau, knalpot mobil, pupuk, superfosfat, pengolahan
makanan, dihidrogenasi lemak-minyak, limbah industri, peralatan masak
stainless steel, pengujian perangkat nuklir, baking powder, pembakaran bahan
bakar minyak, perawatan gigi dan jembatan. Efek yang
ditimbulkan logam nikel adalah serangan asma, bronkitis kronis, sakit kepala, pusing, sesak napas, muntah, nyeri
dada, batuk, sesak napas, kejang, bahkan kematian.
K. Keracunan Selenium (Se)
Selenium mengakibatkan gangguan pada kelenjar tiroid dan kesehatan
jantung.] Selenium partikel
kecil di udara menetap di tanah atau dikeluarkan dari udara dalam hujan.
Selenium menyerupai sulfur dalam sifat fisik dan kimia. Konsentrasi selenium
dalam darah 19-25 mikrogram per 100 mililiter.] Selenium
menyebabkan kanker, leukemia limfositik, paru-paru,
pencernaan, usus besar, karsinoma
genitourinari, kanker kulit, dan penyakit hodgkins.
L.
Keracunan Zink (Zn)
Seng dilepaskan ke lingkungan oleh
proses alam, namun sebagian besar berasal dari kegiatan manusia seperti
pertambangan, produksi baja, pembakaran batu bara, dan pembakaran sampah. Sebagian besar zink
di dalam tanah tetap terikat pada partikel tanah. Toksisitas akut
yang ditimbulkan oleh zink adalah kekeringan tenggorokan, batuk, kelemahan,
menggigil, demam, mual dan muntah
Reaksi Hipersensitivitas Terhadap
Logam
Logam
|
Jenis reaksi
|
Ciri-ciri klinis
|
Mekanisme reaksi
|
I
|
IgE (protein antibodi alergi)
bereaksi dengan antigen dalam sel mast/basofil dan melepaskan amin vasoreaktif
|
||
II
|
IgG (protein antibodi kekebalan
tubuh) mengikat komplemen dan antigen dalam sel, mengakibatkan kerusakan
sel
|
||
Uap merkuri
|
III
|
||
IV
|
Sel T (sel penahan tubuh) yang
sensitif bereaksi dengan antigen dan menyebabkan reaksi hipersensitivitas
tertunda
|
·
Penanggulangan Pencemaran Logam
Berat
Upaya penanganan pencemaran logam berat sebenarnya dapat
dilakukan dengan menggunakan proses kimiawi. Seperti penambahan senyawa kimia
tertentu untuk proses pemisahan ion logam berat atau dengan resin penukar ion
(exchange resins), serta beberapa metode lainnya seperti penyerapan menggunakan
karbon aktif, electrodialysis dan reverse osmosis. Namun proses ini cenderung
menimbulkan permasalahan baru, yaitu akumulasi senyawa tersebut dalam sedimen
dan organisme akuatik (perairan).Penanganan logam berat dengan mikroorganisme
atau mikrobia (dalam istilah Biologi dikenal dengan bioakumulasi,bioremediasi,
atau bioremoval), menjadi alternatif yang dapat dilakukan untuk mengurangi
tingkat keracunan elemen logam berat di lingkungan perairan tersebut. Metode
atau teknologi ini sangat menarik untuk dikembangkan dan diterapkan, karena
memiliki kelebihan dibandingkan dengan proses kimiawi. Beberapa hasil studi
melaporkan, penggunaan mikroorganisme untuk menangani pencemaran logam berat
lebih efektif dibandingkan dengan ion exchange dan reverse osmosis dalam
kaitannya dengan sensitivitas kehadiran padatan terlarut (suspended solid), zat
organik dan logam berat lainnya. Serta, lebih baik dari proses pengendapan
(presipitation) kalau dikaitkan dengan kemampuan menstimulasikan perubahan pH
dan konsentrasi logam beratnya. Dengan kata lain, penanganan logam berat dengan
mikroorganisme relatif mudah dilakukan, murah dan cenderung tidak berbahaya
bagi lingkungan.Organisme Selular Sianobakteria merupakan organisme selular
yang termasuk kelompok mikroalga atau ganggang mikro. Di alam, organisme ini
tersebar luas baik di perairan tawar maupun lautan. Sampai saat ini diketahui
sekitar 2.000 jenis sianobakteria tersebar di berbagai habitat. Yang man penyerapan
ion logam berat oleh sianobakteria dan mikroorganisme terdiri atas dua
mekanisme yang melibatkan proses aktif uptake (biosorpsi) dan pasif uptake
(bioakumulasi).
a. Proses aktif uptake
Proses ini juga dapat terjadi pada berbagai tipe sel hidup.
Mekanisme ini secara simultan terjadi sejalan dengan konsumsi ion logam untuk
pertumbuhan sianobakteria, dan/atau akumulasi intraselular ion logam tersebut.
Logam berat dapat juga diendapkan pada proses metabolisme dan ekresi sel pada
tingkat kedua. Proses ini tergantung dari energi yang terkandung dan
sensitivitasnya terhadap parameter yang berbeda seperti pH, suhu, kekuatan
ikatan ionik, cahaya dan lainnya.
Namun demikian, proses ini dapat pula dihambat oleh suhu rendah, tidak tersedianya sumber energi dan penghambat metabolisme sel. Peristiwa ini seperti ditunjukkan oleh akumulasi kadmium pada dinding sel Ankistrodesmus dan Chlorella vulgaris yang mencapai sekitar 80 derajat dari total akumulasinya di dalam sel, sedangkan arsenik yang berikatan dengan dinding sel Chlorella vulgaris rata-rata 26 persen. Suhendrayatna (2001) menambahkan, untuk mendesain suatu proses pengolahan limbah yang mengandung ion logam berat dengan melibatkan sianobakteria relatif mudah dilakukan. Proses pertama, sianobakteria pilihan dimasukkan, ditumbuhkan dan selanjutnya dikontakkan dengan air yang tercemar ion logam berat tersebut. Proses pengontakkan dilakukan dalam jangka waktu tertentu yang ditujukan agar sianobakteria berinteraksi dengan ion logam berat, selanjutnya biomassa sianobakteria ini dipisahkan dari cairan. Proses terakhir, biomassa sianobakteria yang terikat dengan ion logam berat diregenerasi untuk digunakan kembali atau kemudian dibuang ke lingkungan. Pemanfaatan sianobakteria untuk menanggulangi pencemaran logam berat merupakan hal yang sangat menarik dilakukan, baik oleh masyarakat, pemerintah maupun industri. Karena, sianobakteria merupakan organisme selular yang mudah dijumpai, mempunyai spektrum habitat sangat luas, dapat tumbuh dengan cepat dan tidak membutuhkan persyaratan tertentu untuk hidup, mudah dibudidayakan dalam sistem akuakultur.
Namun demikian, proses ini dapat pula dihambat oleh suhu rendah, tidak tersedianya sumber energi dan penghambat metabolisme sel. Peristiwa ini seperti ditunjukkan oleh akumulasi kadmium pada dinding sel Ankistrodesmus dan Chlorella vulgaris yang mencapai sekitar 80 derajat dari total akumulasinya di dalam sel, sedangkan arsenik yang berikatan dengan dinding sel Chlorella vulgaris rata-rata 26 persen. Suhendrayatna (2001) menambahkan, untuk mendesain suatu proses pengolahan limbah yang mengandung ion logam berat dengan melibatkan sianobakteria relatif mudah dilakukan. Proses pertama, sianobakteria pilihan dimasukkan, ditumbuhkan dan selanjutnya dikontakkan dengan air yang tercemar ion logam berat tersebut. Proses pengontakkan dilakukan dalam jangka waktu tertentu yang ditujukan agar sianobakteria berinteraksi dengan ion logam berat, selanjutnya biomassa sianobakteria ini dipisahkan dari cairan. Proses terakhir, biomassa sianobakteria yang terikat dengan ion logam berat diregenerasi untuk digunakan kembali atau kemudian dibuang ke lingkungan. Pemanfaatan sianobakteria untuk menanggulangi pencemaran logam berat merupakan hal yang sangat menarik dilakukan, baik oleh masyarakat, pemerintah maupun industri. Karena, sianobakteria merupakan organisme selular yang mudah dijumpai, mempunyai spektrum habitat sangat luas, dapat tumbuh dengan cepat dan tidak membutuhkan persyaratan tertentu untuk hidup, mudah dibudidayakan dalam sistem akuakultur.
b. Proses pasif uptake
Proses ini terjadi ketika ion logam berat terikat pada
dinding sel biosorben. Mekanisme passive uptake dapat dilakukan dengan dua
cara, pertama dengan cara pertukaran ion di mana ion pada dinding sel
digantikan oleh ion-ion logam berat; dan kedua adalah pembentukan senyawa
kompleks antara ion-ion logam berat dengan gugus fungsional seperti karbonil,
amino, thiol, hidroksi, fosfat, dan hidroksi-karboksil secara bolak balik dan
cepat. Sebagai contoh adalah pada Sargassum sp. dan Eklonia sp. di mana Cr(6)
mengalami reaksi reduksi pada pH rendah menjadi Cr(3) dan Cr(3) di-remove
melalui proses pertukaran kation
BAB IV
PENUTUP
·
Kesimpulan
o
Polusi adalah
peristiwa masuknya zat, energi, unsur atau komponen- komponen lain ke dalam
lingkungan akibat aktivitas manusia ataupun prose alami
o
Polusi air adalah pristiwa
masuknya zat, energi, unsur atau komponen- komponen lain ke dalam air sehingga
kualitas air terggangu
o
Sumber polusi air
antara lain limbah rumah tangga, sampah masyarakat, limbah pertanian, limbah
industri dan sebagianya
o
Akibat yang
ditimbulkan dari polusi air adalah banjir, merusak system organ
manusia,menimbulkan berbagai bibit penyakit, kanker, kelahiran bayi cacat dan
lain- lain
·
Saran
o
Sebaiknya kita
harus berhati- hati dalam menggunakan air karena air itu ada yang terpolusi dan
ada yang tidak.
o
Jagalah air di
lingkungan rumah dan sekitar agar tetap bersih dan terhindar dari pencemaran
air dan Jangan membuang sampah ke sungai atau kolam, buanglah sampah pada
tempatnya agar tidak terjadi pencemaran air.
0 komentar