Selasa, 10 Juli 2012

Pembahasan mengenai pencemaran air


BAB I
PENDAHULUAN
·         Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, sehingga tidak ada kehidupan seandainya tidak ada air di bumi. Namun, air dapat menjadi malapetaka jika tersedia dalam kondisi yang tidak benar, baik kualitas maupun kuantitas airnya. Air yang bersih sangat dibutuhkan maunia, baik untuk keperluan sehari-hari, untuk keperluan industri, untuk kebersihan sanitasi kota, dan sebagainya.Di zaman sekarang,.yang mana polusi air merupakan suatu peristiwa masuknya zat, energi, unsure atau komponen lainnya ke dalam air, sehingga kualitas air terganggu yang ditandai dengan perubahan warna, baud an rasa. Beberapa contoh polutan antara lain: Fosfat yang berasal dari penggunaan pupuk buatan dan detergen, Poliklorin Bifenil (PCB) senyawa ini berasal dari pemanfaatan bahan- bahan peluma dan plastic, Minyak dan Hidrokarbon dapat berasal dari kebocoran pada roda dan kapal pengangkut minyak, logam- logam berat berasal dari industri bahan kimia dan bensin, Limbah Pertanian berasal dari kotoran hewana dan tempat penyimpanan makanan ternak, Kotoran Manusia berasal dari saluran pembuangan tinja manusia
Pencemaran air yang terjadi di berbagai wilayah di Indonesia, seperti beberapa contoh di atas, telah mengakibatkan terjadinya krisis air bersih. Lemahnya pengawasan pemerintah serta keengganan untuk melakukan penegakan hukum secara benar menjadikan problem pencemaran air menjadi hal yang kronis yang makin lama makin parah.
·         Tujuan
Untuk mengetau bagaimana terjadinya suatu pencemaran air dan bagaimana dampak dan cara penanggulangan dari suatu pencemaran air




                                                                                 BAB II
                                                                             PEMBAHASAN
A.    Defenisi.
pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain kedalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya”. Dan Banyak penyebab sumber pencemaran air, tetapi secara umum dapat dikategorikan menjadi dua yaitu sumber kontaminan langsung dan tidak langsung. Sumber langsung meliputi effluent yang keluar dari industri, TPA, rumah tangga, dan sebagainya. Sumber tak langsung adalah kontaminan yang memasuki badan air dari tanah, atau atmosfer berupa hujan. Pada dasarnya sumber pencemaran air berasal dari industri, rumah tangga, dan pertanian. Tanah dan air tanah mengandugn sisa dari aktivitas pertanian misalnya pupuk dan pestisida. Kontaminan dari atmosfer juga berasal dari manusia yaitu pencemaran udara yang menjadikan hujan asam.
Yang mana Indikator atau tanda bahwa air di lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati dan digolongkan menjadi :
©    Pengamatan secara fisis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan tingkat kejernihan air, perubahan suhu, warna, dan adanya perubahan bau atau rasa.
©    Pengamatan secara kimiawi, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan zat kimia yang terlarut (perubahan pH).
©    Pengamatan biologis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan mikroorganisme yang ada dalam air, terutama ada tidaknya patogen.
Seperti yang kita ketahui bahwa Indikator yang umum diketahui pada pemeriksaan pencemaran air adalah
1.    pH (konsentrasi ion hydrogen)
Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH antara 6,5 – 7. Sebagian besar biota akuatik sensitive terhadap perubahan pH dan menyukai pH antara 7 – 8,5. Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimiawi perairan misalnya, proses nitrifikasi akan berakhir pada pH yang rendah. Pengaruh pH pada komunitas perairan dapat dilihat dalam tabel 1.
Tabel 1. Pengaruh pH terhadap komunitas perairan
Nilai pH
Pengaruh Umum
6,0 - 6,5
1. Keanekaragaman plankton sedikit menurun 
2. Kelimpahan total, biomassa, dan produktivitas tidak mengalami perubahan
5,5 - 6,0
1. Penurunan keanekaragaman plankton semakin tampak 
2. Kelimpahan total, biomassa, dan produktivitas masih belum mengalami perubahan yang berarti
3. Alga hijau berfilamen mulai tampak pada zona litoral
5,0 - 5,5
1. Penurunan keanekaragaman dan komposisi plankton semakin besar 
2. Terjadi penurunan kelimpahan total dan biomassa zooplankton
3. Alga hijau berfilamen semakin banyak
4. Proses nitrifikasi terhambat
4,5 - 5,0
1. Penurunan keanekaragaman dan komposisi plankton semakin besar 
2. Penurunan kelimpahan total dan biomassa zooplankton
3. Alga hijau berfilamen semakin banyak
4. Proses nitrifikasi terhambat
Pada pH <4, sebagian tumbuhan air mati karena tidak dapat bertoleransi terhadap pH rendah. Namun ada sejenis alga yaitu Chlamydomonas achidopila yang mampu bertahan pada pH sama dengan 1.
2.    Oksigen terlarut (DO)
Tanpa adanya oksigen terlarut, banyak mikroorganisme dalam air tidak dapat hidup karena oksigen terlarut digunakan untuk proses degradasi senyawa organik dalam air. Oksigen dapat dihasilkan dari atmosfer atau proses fotosintesis alga. Oksigen yang dihasilkan dari proses fotosintesis alga tidak efisien, karena oksigen yang dibentuk akan digunakan lagi oleh alga untuk proses metabolism pada saat tidak ada cahaya. Kelarutan oksigen dalam air tergantung pada suhu dan tekanan atmosfer. Berdasarkan data yang ada, kelarutan oksigen dalam air pada suhu 25°C dengan tekanan 1 atm adalah 8,32 mg/L .

3.    Kebutuhan Oksigen biokimia (BOD)
Dekomposisi bahan organik terdiri dari dua tahap, yaitu terurainya bahan organik menjadi bahan anorganik dan bahan anorganik yang tidak stabil berubah menjadi bahan anorganik yang stabil. Misalnya ammonia mengalami oksidasi menjadi nitrit atau nitrat. Pada penentuan nilai BOD, hanya dekomposisi tahap petama yang berperan, sedangkan oksidasi bahan anorganik (nitrifikasi) dianggap sebagai penganggu.Dengan demikian BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme dalam lingkungan air untuk memecah (mendegradasi) bahan buangan organik yang ada dalam air. Pada dasarnya proses oksidasi bahan organik berlangsung cukup lama. Menurut Effendi (2003) proses penguraian bahan buangan organik melalui proses oksidasi oleh mikroorganisme atau oleh bakteri anaerobik adalah :CnHaObNc + (n+a/4-b/2-3c/4)O2 >>>>> nCO2 + (a/2-3c/2)H2O + cNH3.Untuk kepentingan praktis, proses oksidasi dianggap lengkap selama 20 hari, tetapi penentuan BOD selama 20 hari dianggap masih cukup lama. [enentuan BOD ditentukan selama 5 hari inkubasi, maka biasa disebut BOD5. Selain memperpendek waktu yang diperlukan, hal ini juga dimaksudkan untuk meminimumkan pengaruh oksidasi ammonia. Selama 5 hari inkubasi, diperkirakan 70 - 80% bahan organik telah teroksidasi (Effendi, 2003).
4.    Kebutuhan oksigen kimiawi (COD)
COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar jumlah buangan yang ada dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia baik yang dapat didegradasi secara biologis maupun yang sukar didegradasi. Bahan buangan organik tersebut akan dioksidasi oleh kalium bikromat yang digunakan menjadi sumber oksigen menjadi CO2 dan gas H2O serta sejumlah ion krom.Jika dalam perairan terdapat bahan organik yang resisten terhadap degradasi biologis misalnya tannin, fenol, polisakarida, dan sebagainya, maka lebih cocok dilakukan pengukuran COD daripada BOD. Kenyataannya hampir semua zat organik dapat dioksidasi oleh oksidator kuat, diperkirakan 95% bahan organik dapat dioksidasi.Seperti pada BOD, perairan dengan COD tidak diinginkan bagi kepentingan perikanan dan pertanian. Nilai COD pada perairan yang tidak tercemar biasanya kurang dari 20 mg/L, sedangkan pada perairan tercemar dapat lebih dari 200 mg/L. dan pada limbah industri dapaat mencapati 60.000 mg/L.
B.    Komponen Pencemaran Air
komponen pencemaran air yang berasal dari limbah industri, rumah tangga, dan pertanian dapat dikelompokkan sebagai buangan :
1.    Bahan buangan padat adalah bahan buangan yang berbentuk padat, baik yang kasar atau halus, misalnya sampah. Buangan tersebut apabila dibuang ke air akan mencemari dan akan membentuk larutan, pengendapan, dan koloidal.
2.    Bahan organik dan olahan bahan makanan yang merupakan Bahan buangan organik umumnya berupa limbah yang dapat membusuk atau terdegradasi oleh mikroorganisme, sehingga apabila dibuang keperairan akan menaikkan populasi mikroorganisme. Dalam hal ini kadar BOD akan naik. Tidak menutup kemungkinan dengan bertambahnya mikroorganisme dapat berkembang pula bakteri patogen yang berbahaya bagi manusia. Demikian pula untuk pembuangan olahan bahan makananyang sebenarnya termasuk bahan organik, namun baunya lebih menyengat. Umumnya bahan buangan makanan mengandung protein dan gugus amin, maka bila didegradasi akan terurai menjadi senyawa yang mudah menguap dan berbau busuk.
3.    Bahan buangan anorganik didegradasi oleh mikroorganisme, umunya adalah logam. Apabila masuk ke perairan, maka akan masuk sejumlah ion logam dalam air. Bahan buangan anorganik ini biasanya berasal dari limbah industri yang melibatkan penggunaan unsur logam. Yang mana Kandungan ion Mg dan Ca dalam air akan menyebabkan air bersifat sadah. Kesadahan air yang tinggi dapat merugikan karena dapat merusak peralatan yang terbuat dari besi melalui proses korosi. Selain itu juga menimbulkan endapan atau kerak dalam peralatan.
4.     Bahan buangan cairan berminyak yang mana Bahan buangan berminyak yang dibuang ke air akan mengapung menutupi permukaan air. Jika buangan minyak mengandung senyawa yang volatile, makan akan menjadi penguapan dan luas permukaan minyak yang menutupi permukaan air akan menyusut. Penyusutan minyak ini tergantung pada jenis minyak dan waktu. Lapisan minyak pada permukaan air dapat terdegradasi oleh mikroorganisme tertentu, tapi membutuhkan waktu yang lama.
5.    Bahan buangan berupa panas (polusi thermal) yaitu Perubahan kecil pada air lingkungan bukan saja dapat menghalau ikan atau spesies lainnya, namun juga akan mempercepat prose biologis pada tumbuhan dan hewan dan bahkan akan menurunkan tingkat oksigen dalam air. Akibatnya akan terjadi kematian pada ikan atau akan terjadi kerusakan ekosistem. Untuk itu polusi termal ini pun harus dihindari .
6.    Bahan buangan zat kimia banyak ragamnya, tetapi dalam pencemaran air ini dikelompokkan menjadi :
·       sabun
Adanya sabun yang mencemari lingkungan air biasanya ditandai dengan timbulnya buih pada permukaan air. Bahan buangan sabun akan mengganggu kehidupan dengan alasan :Larutan sabun akan menaikkan pH air sehingga dapat mengganggu kehidupan dalam air. Detergen yang menggunakan bahan nonfosfat akan menaikkan pH sampai 11.Bahan antiseptic yang ditambahn kedalam sabun juga mengganggu kehidupan mikroorganisme didalam air, bahkan dapat mematikan.Ada sebagian bahan sabun yang tidak dapat dipecaholeh mikroorganisme di dalam air.
·       Bahan pemberantas hama
Pemakaian pemberantas hama (insektisida) pada lahan pertanian seringkali meliputi daerah yang cukup luas, sehingga sisa insektisida pada daerah pertanian tersebut cukup banyak. Sisa bahan insektisida tersebut dapat sampai ke air lingkungan melalui pengairan sawah, melalui hujan yang jatuh pada daerah pertanian kemudian mengalir ke sungai atau danau disekitarnya. Semua jenis bahan insektisida bersifat racun apabila masuk ke dalam air lingkungan.
·       Zat warna kimia
Tanpa adanya zat warna, hasil atau produk dari sebuah industri tidak akan menarik. Dengan pertimbangan tersebut hampir semua produk memanfaatkan zat pewarna agar produk dapat dipasarkan dengan mudah. Zat warna tersusun dari chromogen dan auxochrome. Chromogen merupakan senyawa aromatik yang berisis chromopore, yaitu zat pemberi warna yang berasal dari radikal kimia. Sedangakn auxochrome merupakan radikal yang memudahkan terjadinya pelarutan, sehingga zat warna dapat meresap dengan baik.Semua bahan pewarna bersifat racun bagi tubuh manusia, kecuali bahan pewarna makanan, minuman atau obat-obatan. Zat pewarna yang masuk ke dalam tubuh manusia dapat bersifat cocarcinoenik, merangsang tumbuhnya kanker. Selain sifatnya racun, zat pewarna juga akan mempengaruhi kandungan oksigen dalam air yang menjadi gangguan bagi mikroorganisme dan hewan air.
·      Zat radioaktif
Tidak menutup kemungkinan adanya pembuangan sisa zat radioaktif ke air lingkungan secara langsung. Ini dimungkinkan karena aplikasi teknologi nuklir yang menggunakan zat radioaktif pada berbagai bidang sudah banyak dikembangkan. Adanya zat radioaktif dalam lingkungan jelas sangat membahayakan bagi lingkungan dan manusia.



C.   Penyebab Pencemaran Air
·      Meningkatnya kandungan nutrien dapat mengarah pada eutrofikasi.
·    Sampah organik seperti air comberan (sewage) menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen pada air yang menerimanya yang mengarah pada berkurangnya oksigen yang dapat berdampak parah terhadap seluruh ekosistem.
·    Industri membuang berbagai macam polutan ke dalam air limbahnya seperti logam berat, toksin organik, minyak, nutrien dan padatan. Air limbah tersebut memiliki efek termal, terutama yang dikeluarkan oleh pembangkit listrik, yang dapat juga mengurangi oksigen dalam air.
·    Seperti limbah pabrik yg mengalir ke sungai seperti di sungai citarum
·    pencemaran air oleh sampah

D.   Bahaya dari Polusi Air
Bibit- bibit penyakit berbagai zat yang bersifat racun dan bahan radioaktif dapat merugikan manusia. Berbagai polutan memerlukan O2 untuk penguraiannya. Jika O2 kurang, penguraiannya tidak sempurna dan menyebabkan air berubah warnanya dan berbau busuk. Bahan atau logam yang berbahaya seperti arsenat, uradium, krom, timah, air raksa, benzon, tetraklorida, karbon dan lain- lain dapat merusak organ tubuh manusia atau dapatmenyebabkan kanker. Sejumlah besar limbah dari sungai akan masuk ke laut.
Polutan ini dapat merusak kehidupan air sekitar muara sungai dan sebagian kecil laut muara. Bahan- bahan yang berbahaya masuk ke laut atau samudera mempunyai akibat jangka panjang yang belum diketahui. Banyak jenis kerang- kerangan  yang mungin mengandung zat- zat yang berbahaya untuk dimakan. Laut dapat pula tercemar oleh yang asalnya mungkin dari pemukiman, pabrik, melalui sungai, atau dari kapal tanker yang rusak. Minyak dapat mematikan burung dan hewan laut lainnya, sebagai contoh efek keracunan dapat dilihat di Jepang. Merkuri yang dibuang oleh sebuah industri ke teluk minamata terakumulasi di jaringan tubuh ikan dan masyarakat yang mengkonsumsinya menderita cacat dan meninggal.

E. Usaha- Usaha untuk Mencegah dan Mengatasi Polusi Air
Pengenceran dan penguraian polutan air tanah sulit sekali karena airnya tidak mengalir dan tidak mengandung bakteri pengurai yang aerob, jadi air tanah yang tercemar akan tetap tercemar dalam waktu yang lama, walau tidak ada bahan pencemaran yang masuk. Oleh karena itu banyak usaha untuk menjaga agar tanah tetap bersih, misalnya:
·      Menempatkan daerah industri atau pabrik jauh dari daerah pemukiman atau perumahan
·      Pembuangan limbah industri diatur sehinga tidak mencemari lingkungan atau ekosistem
·      Pengawasan terhadap penggunaan jenis- jenis pestisida dan zat – zat kimia lain yang dapat menimbulkan pencemaran
·      Memperluas gerakan penghijauan
·      Tindakan tegas terhadap perilaku pencemaran lingkungan
·      Memberikan kesadaran terhadap masyarakat tentang arti lingkungan hidup sehingga manusia lebih mencintai lingkungannya
·      Melakukan intensifikasi pertanian


  

BAB III
DAMPAK PENCEMARAN AIR DALAM SUATU UNSUR LOGAM
1.    Keracunan Barium (Ba)
Beberapa senyawa barium mudah larut dalam air dan ditemukan di danau atau sungai. Dampak yang ditimbulkan senyawa barium yang berbeda tergantung pada kelarutan senyawa barium. Barium yang tidak larut dalam air, tidak berbahaya dan sering digunakan oleh dokter untuk tujuan medis. Senyawa barium yang larut dalam air dapat menyebabkan efek kesehatan yang berbahaya, misalnya kesulitan bernapas, tekanan darah meningkat, perubahan irama jantung, iritasi perut, pembengkakan otak, kelemahan otot, kerusakan hati, ginjal, dan limpa.
2.    Keracunan Berilium (Be)
Pekerja pabrik yang bekerja pada pertambangan atau pengolahan bijih, pabrik yang menggunakan paduan dan manufaktur kimia dengan berilium, permesinan atau daur ulang logam yang mengandung berilium sangat berbahaya, karena mereka menghirup udara tempat kerja yang terkontaminasi dengan berilium. Tinggi tingkatan berilium di udara menyebabkan kerusakan paru-paru. Berilium diserap perlahan-lahan dari paru-paru ke dalam darah, dan kemudian diangkut ke sistem rangka, hati dan ginjal.
3.    Keraacunan Kadmium (Cd)
Kadmium merupakan salah satu jenis logam logam berat yang berbahaya karena elemen ini beresiko tinggi terhadap pembuluh darah. Cadmium berpengaruh terhadap manusia dalam jangka waktu panjang dan dapat terakumulasi pada tubuh khususnya hati dan ginjal. Secara prinsipil pada konsentrasi rendah berefek terhadap gangguan pada paru-paru, emphysema dan renal turbular disease yang kronis. Bagi manusia, Cd sebenarnya merupakan logam asing. Tubuh sama sekali tidak memerlukannya dalam proses metabolisme. Karenanya Cd sangat beracun bagi manusia dan dapat diabsorspi tubuh dalam jumlah yang tidak terbatas, karena tidak adanya mekanisme tubuh yang dapat membatasinya yang mana Kadmium ditemukan dalam pembuatan baterai, plastik PVC, pigmen cat, pupuk, rokok, dan kerang yang berada di sekitar lingkungan pabrik.Keracunan logam kadmium terdiri dari 15-50% penyerapan melalui sistem pernapasan dan 2-7% melalui sistem pencernaan.Target organ adalah hati, plasenta, ginjal, paru-paru, otak, dan tulang.
4.    Keracunan Merkuri (Hg)
Elemen merkuri (Hg) berwarna kelabu-perak, sebagai cairan pada suhu kamar dan mudah menguap bila dipanaskan. Hg2+ (senyawa anorganik) dapat mengikat karbon, membentuk senyawa organomerkuri. Metil Merkuri (MeHg) merupakan bentuk penting yang menimbulkan keracunan pada manusia. Industri yang menggunakan logam merkuri adalah :
§  industri yang memproduksi klorin.
§  Produksi koustik soda.
§  Tambang dan proses biji Hg.
§  Metalurgi dan proses pelapisan tembaga-nikel-khrom dengan logam ferro (kuningan).
Sebagian senyawa merkuri yang dilepas ke lingkungan akan diubah menjadi metilmerkuri (MeHg) oleh mikroorganisme dalam air dan tanah. MeHg dengan cepat akan diakumulasikan dalam ikan atau tumbuhan dalam air permukaan. Kadar merkuri dalam ikan dapat mencapai 100.000 kali dari kadar air disekitarnya, jika ikan tersebut berada di lingkungan pabrik yang menggunakan logam merkuri. Orang-orang yang mempunyai potensial terkena merkuri (Hg) diantaranya :
§  Pekerja pabrik yang menggunakan Hg
§  .Janin, bayi dan anak-anak :
a)   MeHg dapat menembus plasenta.
b)   Sistem saraf sensitif terhadap keracunan Hg.
c)    MeHg pada ASI, maka bayi yang menyusu dapat terkena racun.
§   Masyarakat pengkonsumsi ikan yang berasal dari daerah perairan yang tercemar merkuri.
Merkuri termasuk bahan teratogenik. MeHg didistribusikan keseluruh jaringan terutama di darah dan otak. MeHg terutama terkonsentrasi dalam darah dan otak, 90 % ditemukan dalam darah merah. Efek toksisitas merkuri terutama pada susunan saraf pusat (SSP) dan ginjal, dimana merkuri terakumulasi yang dapat menyebabkan kerusakan SSP dan ginjal antara lain tremor (gerakan fluktuatif gemetar pada tubuh) dan kehilangan daya ingat. MeHg mempunyai efek pada kerusakan janin dan terhadap pertumbuhan bayi. Kadar MeHg dalam darah bayi baru lahir dibandingkan dengan darah ibu mempunyai kaitan signifikan. Bayi yang dilahirkan dari ibu yang terkena racun MeHg dapat menderita kerusakan otak dengan akibat :
a)   Retardasi mental, yaitu keadaan dengan intelegensia yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak).
b)   Tuli.
c)    Buta.
d)   Mikrocephali (campak).
e)    Cerebral palsy.
f)     Gangguan menelan makanan.
Efek terhadap sistem pernapasan dan pencernaan makanan dapat menyebabkan terjadinya keracunan yang parah. Keracunan merkuri dari lingkungan dapat mengakibatkan kerusakan berat pada jaringan paru-paru, sedangkan keracunan makanan yang mengandung merkuri dapat menyebabkan kerusakan liver.
E.    Keracunan Besi (Fe)
Besi merupakan logam berat, karena dengan mengonsumsi suplemen zat besi, anak-anak kecil akan keracunan, misalnya, konsumsi sebanyak 5-9 tablet besi 30 mg. Konsumsi makanan yang mengandung besi dapat menimbulkan efek racun, karena besi diserap dengan cepat dalam saluran pencernaan.] Sifat korosif dari besi lebih meningkatkan penyerapan racun. Keracunan besi dapat terjadi jika mengonsumsi sulfat merah-tablet yang dilapisi besi atau preparat multivitamin dewasa untuk permen.] Sumber-sumber lain dari besi adalah air minum, pipa besi, dan peralatan masak. Target organ adalah hati, sistem kardiovaskular, dan ginjal.
F.     Keracunan Arsene (As)
Arsen di air di temukan dalam bentuk senyawa dengan satu atau lebih elemen lain. Senyawa arsen dengan oksigen, klorin atau belerang sebagai arsen inorganik, sedangkan senyawa dengan karbon dan hidrogen sebagai arsen organik. Arsen inorganik lebih beracun dari pada arsen organik. Tempat pembuangan limbah kimia mengandung banyak arsen, meskipun bentuk bahan tak diketahui (organik/inorganik). Arsen masuk ke dalam tubuh manusia umumnya melalui makanan dan minuman. Arsen yang tertelan secara cepat akan diserap lambung dan usus halus kemudian masuk ke peredaran darah. Arsen inorganik telah dikenal sebagai racun manusia sejak lama, yang dapat mengakibatkan kematian. Dosis rendah akan mengakibatkan kerusakan jaringan. Bila melalui mulut, pada umumnya efek yang timbul adalah iritasi saluran makanan, nyeri, mual, muntah dan diare. Selain itu mengakibatkan penurunan pembentukan sel darah merah dan putih, gangguan fungsi jantung, kerusakan pembuluh darah, luka di hati dan ginjal.
G.   Keracunan Timbal(Pb)
Setiap tahun, industri memproduksi sekitar 2,5 juta ton timah di seluruh dunia, seperti untuk baterai, cat, penutup kabel, pipa, amunisi, bahan bakar aditif,plastik PVC, x-ray perisai, produksi kaca kristal, dan pestisida. Target organ adalah tulang, otak, darah, ginjal, dan kelenjar tiroid
H.   Keracunan Kromium (Cr)
Dalam bentuk makanan, kromium diserap 10-25 %. Kromium digunakan dalam pembuatan baja, batu bata dalam tungku, pewarna, pigmen untuk meningkatkan ketahanan logam dan krom, penyamakan kulit, dan kayu. Penjualan produk atau bahan kimia yang mengandung kromium dan bahan bakar fosil menyebabkan terjadinya pembakaran ke udara, tanah, dan air. Partikel menetap di udara dalam waktu kurang dari 10 hari, akan menempel pada partikel tanah, dan dalam air dengan sedikit larut. Efek racun akan timbul, jika menghirup udara tempat kerja yang terkontaminasi, misalnya dalam pengelasan stainless steel, kromat atau produksi pigmen krom, pelapisan krom, dan penyamakan kulit. Selain itu, jika menghirup serbuk gergaji dari kayu yang mengandung kromium akan menimbulkan efek keracunan. Efek toksik kromium dapat merusak dan mengiritasi hidung, paru-paru, lambung, dan usus. Dampak jangka panjang yang tinggi dari kromium menyebabkan kerusakan pada hidung dan paru-paru. Mengonsumsi makanan berbahan kromium dalam jumlah yang sangat besar, menyebabkan gangguan perut, bisul, kejang, ginjal, kerusakan hati, dan bahkan kematian.
I. Keracunan Kobalt (Co)
Kobalt menetap di udara selama beberapa hari. Kobalt menetap bertahun-tahun dalam  airdan tanah, sehingga dapat bergerak dari tanah ke air bawah tanah. Setiap orang dapat terkena kobalt pada tingkat rendah di udara, air, dan makanan. Orang-orang yang tinggal di daerah limbah berbahaya yang mengandung kobalt dapat terkena efek racun kobalt. Pekerja yang membuat produk-produk yang mengandung kobalt dapat mengalami keracunan. Toksisitas akut kobalt dapat diamati sebagai efek pada paru-paru, asma, pneumonia, dan sesak napas. Pada tahun 1960, beberapa pabrik bir menambahkan kobalt dalam bir untuk menstabilkan busa. Beberapa orang yang minum dalam jumlah besar bir mengalami mual, muntah, dan efek serius pada jantung. Namun, efek pada jantung tidak terlihat pada orang yang mengidap anemia atau wanita hamil.

J.          Keracunan Nikel (Ni)
Nikel dan senyawanya tidak memiliki karakteristik bau atau rasa.] Nikel terdapat di udara, menetap di tanah atau dikeluarkan dari udara dalam hujan.] Sumber utama nikel adalah asap tembakau, knalpot mobil, pupuk, superfosfat, pengolahan makanan, dihidrogenasi lemak-minyak, limbah industri, peralatan masak stainless steel, pengujian perangkat nuklir, baking powder, pembakaran bahan bakar minyak, perawatan gigi dan jembatan. Efek yang ditimbulkan logam nikel adalah serangan asma, bronkitis kronis, sakit kepala, pusing, sesak napas, muntah, nyeri dada, batuk, sesak napas, kejang, bahkan kematian.
K.    Keracunan Selenium (Se)
Selenium mengakibatkan gangguan pada kelenjar tiroid dan kesehatan jantung.] Selenium partikel kecil di udara menetap di tanah atau dikeluarkan dari udara dalam hujan. Selenium menyerupai sulfur dalam sifat fisik dan kimia. Konsentrasi selenium dalam darah 19-25 mikrogram per 100 mililiter.] Selenium menyebabkan kanker, leukemia limfositik, paru-paru, pencernaan, usus besar, karsinoma genitourinari, kanker kulit, dan penyakit hodgkins.

L.    Keracunan Zink (Zn)
Seng dilepaskan ke lingkungan oleh proses alam, namun sebagian besar berasal dari kegiatan manusia seperti pertambangan, produksi baja, pembakaran batu bara, dan pembakaran sampah. Sebagian besar zink di dalam tanah tetap terikat pada partikel tanah. Toksisitas akut yang ditimbulkan oleh zink adalah kekeringan tenggorokan, batuk, kelemahan, menggigil, demam, mual dan muntah
Reaksi Hipersensitivitas Terhadap Logam
Logam
Jenis reaksi
Ciri-ciri klinis
Mekanisme reaksi
I
IgE (protein antibodi alergi) bereaksi dengan antigen dalam sel mast/basofil dan melepaskan amin vasoreaktif
Emas, garam organik
II
IgG (protein antibodi kekebalan tubuh) mengikat komplemen dan antigen dalam sel, mengakibatkan kerusakan sel
Uap merkuri
III
Antigen, antibodi, dan endapan komplemen pada permukaan epitel dasar glomerulus
Kromium, nikel, berilium, zirkonium
IV
Dermatitis kontak, pembentukan granuloma
Sel T (sel penahan tubuh) yang sensitif bereaksi dengan antigen dan menyebabkan reaksi hipersensitivitas tertunda


·         Penanggulangan Pencemaran Logam Berat
Upaya penanganan pencemaran logam berat sebenarnya dapat dilakukan dengan menggunakan proses kimiawi. Seperti penambahan senyawa kimia tertentu untuk proses pemisahan ion logam berat atau dengan resin penukar ion (exchange resins), serta beberapa metode lainnya seperti penyerapan menggunakan karbon aktif, electrodialysis dan reverse osmosis. Namun proses ini cenderung menimbulkan permasalahan baru, yaitu akumulasi senyawa tersebut dalam sedimen dan organisme akuatik (perairan).Penanganan logam berat dengan mikroorganisme atau mikrobia (dalam istilah Biologi dikenal dengan bioakumulasi,bioremediasi, atau bioremoval), menjadi alternatif yang dapat dilakukan untuk mengurangi tingkat keracunan elemen logam berat di lingkungan perairan tersebut. Metode atau teknologi ini sangat menarik untuk dikembangkan dan diterapkan, karena memiliki kelebihan dibandingkan dengan proses kimiawi. Beberapa hasil studi melaporkan, penggunaan mikroorganisme untuk menangani pencemaran logam berat lebih efektif dibandingkan dengan ion exchange dan reverse osmosis dalam kaitannya dengan sensitivitas kehadiran padatan terlarut (suspended solid), zat organik dan logam berat lainnya. Serta, lebih baik dari proses pengendapan (presipitation) kalau dikaitkan dengan kemampuan menstimulasikan perubahan pH dan konsentrasi logam beratnya. Dengan kata lain, penanganan logam berat dengan mikroorganisme relatif mudah dilakukan, murah dan cenderung tidak berbahaya bagi lingkungan.Organisme Selular Sianobakteria merupakan organisme selular yang termasuk kelompok mikroalga atau ganggang mikro. Di alam, organisme ini tersebar luas baik di perairan tawar maupun lautan. Sampai saat ini diketahui sekitar 2.000 jenis sianobakteria tersebar di berbagai habitat. Yang man penyerapan ion logam berat oleh sianobakteria dan mikroorganisme terdiri atas dua mekanisme yang melibatkan proses aktif uptake (biosorpsi) dan pasif uptake (bioakumulasi).
a. Proses aktif uptake
Proses ini juga dapat terjadi pada berbagai tipe sel hidup. Mekanisme ini secara simultan terjadi sejalan dengan konsumsi ion logam untuk pertumbuhan sianobakteria, dan/atau akumulasi intraselular ion logam tersebut. Logam berat dapat juga diendapkan pada proses metabolisme dan ekresi sel pada tingkat kedua. Proses ini tergantung dari energi yang terkandung dan sensitivitasnya terhadap parameter yang berbeda seperti pH, suhu, kekuatan ikatan ionik, cahaya dan lainnya.
Namun demikian, proses ini dapat pula dihambat oleh suhu rendah, tidak tersedianya sumber energi dan penghambat metabolisme sel. Peristiwa ini seperti ditunjukkan oleh akumulasi kadmium pada dinding sel Ankistrodesmus dan Chlorella vulgaris yang mencapai sekitar 80 derajat dari total akumulasinya di dalam sel, sedangkan arsenik yang berikatan dengan dinding sel Chlorella vulgaris rata-rata 26 persen. Suhendrayatna (2001) menambahkan, untuk mendesain suatu proses pengolahan limbah yang mengandung ion logam berat dengan melibatkan sianobakteria relatif mudah dilakukan. Proses pertama, sianobakteria pilihan dimasukkan, ditumbuhkan dan selanjutnya dikontakkan dengan air yang tercemar ion logam berat tersebut. Proses pengontakkan dilakukan dalam jangka waktu tertentu yang ditujukan agar sianobakteria berinteraksi dengan ion logam berat, selanjutnya biomassa sianobakteria ini dipisahkan dari cairan. Proses terakhir, biomassa sianobakteria yang terikat dengan ion logam berat diregenerasi untuk digunakan kembali atau kemudian dibuang ke lingkungan. Pemanfaatan sianobakteria untuk menanggulangi pencemaran logam berat merupakan hal yang sangat menarik dilakukan, baik oleh masyarakat, pemerintah maupun industri. Karena, sianobakteria merupakan organisme selular yang mudah dijumpai, mempunyai spektrum habitat sangat luas, dapat tumbuh dengan cepat dan tidak membutuhkan persyaratan tertentu untuk hidup, mudah dibudidayakan dalam sistem akuakultur.

b. Proses pasif uptake
Proses ini terjadi ketika ion logam berat terikat pada dinding sel biosorben. Mekanisme passive uptake dapat dilakukan dengan dua cara, pertama dengan cara pertukaran ion di mana ion pada dinding sel digantikan oleh ion-ion logam berat; dan kedua adalah pembentukan senyawa kompleks antara ion-ion logam berat dengan gugus fungsional seperti karbonil, amino, thiol, hidroksi, fosfat, dan hidroksi-karboksil secara bolak balik dan cepat. Sebagai contoh adalah pada Sargassum sp. dan Eklonia sp. di mana Cr(6) mengalami reaksi reduksi pada pH rendah menjadi Cr(3) dan Cr(3) di-remove melalui proses pertukaran kation


BAB IV
PENUTUP
·         Kesimpulan
o  Polusi adalah peristiwa masuknya zat, energi, unsur atau komponen- komponen lain ke dalam lingkungan akibat aktivitas manusia ataupun prose alami
o  Polusi air adalah pristiwa masuknya zat, energi, unsur atau komponen- komponen lain ke dalam air sehingga kualitas air terggangu
o  Sumber polusi air antara lain limbah rumah tangga, sampah masyarakat, limbah pertanian, limbah industri dan sebagianya
o  Akibat yang ditimbulkan dari polusi air adalah banjir, merusak system organ manusia,menimbulkan berbagai bibit penyakit, kanker, kelahiran bayi cacat dan lain- lain

·         Saran
o  Sebaiknya kita harus berhati- hati dalam menggunakan air karena air itu ada yang terpolusi dan ada yang tidak.
o  Jagalah air di lingkungan rumah dan sekitar agar tetap bersih dan terhindar dari pencemaran air dan Jangan membuang sampah ke sungai atau kolam, buanglah sampah pada tempatnya agar tidak terjadi pencemaran air.
Load disqus comments

0 komentar