KLASIFIKASI
KINGDOM ANIMALIA
·
Nemahelmintes
Kingdom : Animalia
Subkindom ; Metazoa
Family : Nemahelmintes
Subfamily
MORFOLOGI
v Ciri-ciri telur
- Bentuk agak bulat (30 – 40) x (20 – 30) µm
- Dinding bergaris radialIsi heksakan embrio
(embrio dengan 6 kait-kait)
v Ciri-ciri cacing dewasa
berbentuk pita terdiri atas
:
o
Kepala
(skoleks)
o
Leher
(collum)
o
Badan
(strobila) : proglotid
immature,proglotid mature,proglotid gravida
o
Panjang
2-4 m kadang-kadang 8 m
o
Jumlah
proglotid < 1000
Ø Ciri-ciri larva
½ - 1 cm
Berisi
cairan dan skoleks
dengan kait-kait.
SIKLUS HIDUP
- Proglotid yang mengandung telur masak akan keluar ke
alam bebas bersama faeces manusia. Dia alam bebas telur termakan
oleh hewan babi.
- Dalam usus babi, proglotid terbawa aliran darah dalam
bentuk Onkosfera (larva heksakan) dan masuk ke dalam otot lemak
dengan melepaskan aitanya menjadi Sistiserkus.
- Bila manusia makan daging yang mengandung sistiserkus
akan menjadi cacing ddewasa dalam tubuh manusia.
Pengaruh
cacing Taenia solium terhadap kesehatan
Apabila sesorang terinfeksi cacing Taenia
solium maka sesorang tersebut akan
mengalami penyakit Sistiserkosis
yang merupakan infeksi jaringan oleh
bentuk larva Taenia
(sistiserkus) akibat termakan telur cacing Taenia solium,Selain itu Sistiserkosis
menimbulkan gejala dan efek yang beragam sesuai dengan lokasi parasit dalam
tubuh seperti (pusing,peningkatan nafsu makan,saki kepala) Manusia dapat
terjangkit satu sampai ratusan sistiserkus di jaringan tubuh yang berbeda-beda
dan pada dasarnya Sistiserkus pada manusia paling sering ditemukan di otak
(disebut neurosistiserkosis), mata, otot dan lapisan bawah kulit ,dan dampak kesehatan
yang paling ditakuti dan berbahaya akibat larva cacing Taenia yaitu
neurosistiserkosis yang dapat menimbulkan kematian.
Neurosistiserkosis adalah infeksi sistem saraf pusat akibat sistiserkus dari
larva Taenia solium. Neurosistiserkosis merupakan faktor risiko penyebab
stroke baik pada
manusia yang
muda maupun setengah baya. epilepsi dan
kelainan pada tengkorak.
Sistiserkosis p
|
CARA
PENULARAN
Taenia solinum
terjadi karena memakan daging babi mentah atau yang dimasak kurang sempurna
(“measly pork”) yang mengandung cysticerci; cacing menjadi
dewasa didalam intestinum. Namun, cysticercosis dapat terjadi secara tidak
langsung karena orang tersebut menelan minuman yang terkontaminasi atau secara
langsung dari tinja orang yang terinfeksi langsung kemulut penderita sendiri
(aoutoinfeksi) atau ke mulut orang lain. Apabila telur Taenia solinum tertelan
oleh manusia atau babi, maka embrio akan keluar dari telur, kemudian menembus
dinding usus menuju ke saluran limfe dan pembuluh darah selanjutnya dibawa
keberbagai jaringan dan kemudian berkembang menjadi cysticercosis.
CARA PENGENDALIAN
1.
Pemakaian jamban
keluarga ,sehingga tinja manusia tidak dimakan oleh babi dan tidak mencemari
tanah atau rumput.
2.
Pemelihara sapi
atau babi pada tempat yang tidak tercemar atau sapi dikandangkan sehingga tidak
dapat Berkeliaran
3.
Pemeriksaan
daging oleh dokter hewan/mantri hewan di RPH, sehingga daging yang mengandung
kista tidak sampai dikonsumsi masyarakat (kerjasama lintas sektor dengan dinas
Peternakan)
4.
Daging yang
mengandung kista tidak boleh dimakan. Masyarakat diberi gambaran tentang bentuk
kista tersebut dalam daging, hal ini penting dalam daerah yang banyak memotong
babi untuk upacara-upacara adat seperti di Sumatera Utara, Bali dan Irian jaya.
5.
Menghilanglkan
kebiasaan maka makanan yang mengandung daging setengah matang atau mentah.
6.
Memasak daging
sampai matang ( diatas 57 º C dalam waktu cukup lama ) atau membekukan dibawah
10º selama 5 hari . Pendekatan ini ada yang dapat diterima ,tetapi dapat pula
tidak berjalan , karena perubahan yang bertentangan dengan adat istiadat
setempat akan mengalami hambatan. Untuk itu kebijaksanaan yang diambil dapat
disesuaikan dengan situasi dan kondisi daerah tersebut.
CARA PENGOBATAN.
Pengobatan sistiserkosis
1.
Praziquantel
dengan dosis 50 mg/kg BB/hari, dosis tunggal /dibagi 3 dosis per oral selama 15
hari, atau
2.
Albendazole 15
mg/kg BB/hari, dosis tunggal dibagi 3 dosis per oral selama 7 hariUntuk
pengobatan dengan praziquantel maupun albendazole,reaksi dari tubuh dapat
dikurangidengan memberikan kortikosteroid (prednison 1mg/kg BB/hari dosis
tunggal/dibagi 3 dosis atau dexamethasone dengan dosis yang setara dengan
prednison). Pemberian praziquantel maupun albendasole harus dibawah pengawasan
petugas kesehatan atau dilakukan dirumah sakit.
0 komentar