Senin, 09 Juli 2012

Cacing Taenia Solium







KLASIFIKASI KINGDOM ANIMALIA
·         Nemahelmintes
Kingdom  : Animalia
Subkindom  ; Metazoa
Family   : Nemahelmintes
Subfamily


MORFOLOGI


v  Ciri-ciri telur
  •     Bentuk agak bulat   (30 – 40) x (20 – 30) µm
  •          Dinding bergaris radialIsi heksakan embrio

             (embrio dengan 6 kait-kait)


v  Ciri-ciri cacing dewasa

                    berbentuk pita terdiri atas :
o   Kepala (skoleks)
o   Leher (collum)
o  Badan (strobila) :      proglotid immature,proglotid mature,proglotid gravida
o   Panjang 2-4 m kadang-kadang 8 m
o   Jumlah proglotid < 1000
Ø  Ciri-ciri larva
 Gelembung
 ½  - 1 cm
Berisi cairan dan  skoleks dengan kait-kait.

SIKLUS HIDUP

  1. Proglotid yang mengandung telur masak akan keluar ke alam bebas bersama faeces manusia. Dia alam bebas telur termakan  oleh hewan babi.
  2. Dalam usus babi, proglotid terbawa aliran darah dalam bentuk Onkosfera (larva heksakan) dan masuk ke dalam otot lemak dengan melepaskan aitanya menjadi Sistiserkus.
  3. Bila manusia makan daging yang mengandung sistiserkus akan menjadi cacing ddewasa dalam tubuh manusia.


Pengaruh cacing Taenia solium terhadap kesehatan
Apabila sesorang terinfeksi cacing Taenia solium  maka sesorang tersebut akan mengalami penyakit Sistiserkosis yang merupakan  infeksi jaringan oleh bentuk larva Taenia (sistiserkus) akibat termakan telur cacing Taenia solium,Selain itu Sistiserkosis menimbulkan gejala dan efek yang beragam sesuai dengan lokasi parasit dalam tubuh seperti (pusing,peningkatan nafsu makan,saki kepala) Manusia dapat terjangkit satu sampai ratusan sistiserkus di jaringan tubuh yang berbeda-beda dan pada dasarnya Sistiserkus pada manusia paling sering ditemukan di otak (disebut neurosistiserkosis), mata, otot dan lapisan bawah kulit ,dan dampak kesehatan yang paling ditakuti dan berbahaya akibat larva cacing Taenia yaitu neurosistiserkosis yang dapat menimbulkan kematian. Neurosistiserkosis adalah infeksi sistem saraf pusat akibat sistiserkus dari larva Taenia solium. Neurosistiserkosis merupakan faktor risiko penyebab stroke baik pada manusia yang muda maupun setengah baya. epilepsi dan kelainan pada tengkorak.

Sistiserkosis p


CARA PENULARAN

Taenia solinum terjadi karena memakan daging babi mentah atau yang dimasak kurang sempurna (&ldquo;measly pork&rdquo;) yang mengandung cysticerci; cacing menjadi dewasa didalam intestinum. Namun, cysticercosis dapat terjadi secara tidak langsung karena orang tersebut menelan minuman yang terkontaminasi atau secara langsung dari tinja orang yang terinfeksi langsung kemulut penderita sendiri (aoutoinfeksi) atau ke mulut orang lain. Apabila telur Taenia solinum tertelan oleh manusia atau babi, maka embrio akan keluar dari telur, kemudian menembus dinding usus menuju ke saluran limfe dan pembuluh darah selanjutnya dibawa keberbagai jaringan dan kemudian berkembang menjadi cysticercosis.
CARA PENGENDALIAN
1.      Pemakaian jamban keluarga ,sehingga tinja manusia tidak dimakan oleh babi dan tidak mencemari tanah atau rumput.
2.      Pemelihara sapi atau babi pada tempat yang tidak tercemar atau sapi dikandangkan sehingga tidak dapat Berkeliaran
3.      Pemeriksaan daging oleh dokter hewan/mantri hewan di RPH, sehingga daging yang mengandung kista tidak sampai dikonsumsi masyarakat (kerjasama lintas sektor dengan dinas Peternakan)
4.      Daging yang mengandung kista tidak boleh dimakan. Masyarakat diberi gambaran tentang bentuk kista tersebut dalam daging, hal ini penting dalam daerah yang banyak memotong babi untuk upacara-upacara adat seperti di Sumatera Utara, Bali dan Irian jaya.
5.      Menghilanglkan kebiasaan maka makanan yang mengandung daging setengah matang atau mentah.
6.      Memasak daging sampai matang ( diatas 57 º C dalam waktu cukup lama ) atau membekukan dibawah 10º selama 5 hari . Pendekatan ini ada yang dapat diterima ,tetapi dapat pula tidak berjalan , karena perubahan yang bertentangan dengan adat istiadat setempat akan mengalami hambatan. Untuk itu kebijaksanaan yang diambil dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi daerah tersebut.


CARA PENGOBATAN.
Pengobatan sistiserkosis
1.      Praziquantel dengan dosis 50 mg/kg BB/hari, dosis tunggal /dibagi 3 dosis per oral selama 15 hari, atau
2.      Albendazole 15 mg/kg BB/hari, dosis tunggal dibagi 3 dosis per oral selama 7 hariUntuk pengobatan dengan praziquantel maupun albendazole,reaksi dari tubuh dapat dikurangidengan memberikan kortikosteroid (prednison 1mg/kg BB/hari dosis tunggal/dibagi 3 dosis atau dexamethasone dengan dosis yang setara dengan prednison). Pemberian praziquantel maupun albendasole harus dibawah pengawasan petugas kesehatan atau dilakukan dirumah sakit.
Load disqus comments

0 komentar