Definisi Eritrosit
Eritrosit merupakan bagian utama dari sel-sel darah. Setiap
mm kubiknya darah pada seorang laki-laki dewasa mengandung kira-kira 5 juta sel
darah merah dan pada seorang perempuan dewasa kira-kira 4 juta sel darah merah.
Struktur Eritrosit
Sel darah merah (eritrosit) merupakan cairan bikonkaf dengan
diameter sekitar 7 mikron. Bikonkavitas memungkinkan
gerakan oksigen masuk dan keluar sel secara cepat dengan jarak yang pendek
antara membran dan inti sel. Warnanya kuning kemerah-merahan karena di dalamnya mengandung suatu zat yang
disebut hemoglobin. Sel darah merah tidak memilki inti sel, mitokondria dan
ribosom
Komponen
Eritrosit
Komponen
eritrosit adalah sebagai berikut:
·
Membran eritrosit.
·
Sistem
enzim: enzim G6PD (Glucose 6 phosphatedehydrogenase).
· Hemoglobin, komponennya terdiri atas:
1. Heme yang merupakan gabungan protoporfirin dengan besi.
2. Globin: bagian protein yang terdiri atas 2 rantai alfa dan 2 rantai beta
Produksi Sel Darah Merah (Eritropoesis)
Dalam keadaan normal, eritropoiesis pada orang dewasa terutama terjadi di dalam sumsum tulang, dimana sistem eritrosit menempati 20% - 30% bagian jaringan sumsum tulang yang aktif membentuk sel darah.Sel eritrosit berinti berasal dari sel induk multipotensial dalam sumsum tulang.Sel induk multipotensial ini mampu berdiferensiasi menjadi sel darah sistem eritrosit, mieloid, dan megakariosibila yang di rangsang oleh eritropoeitin.Sel induk multipotensial akan berdiferensiasi menjadi sel induk unipotensial. Sel induk unipotensial tidak mampu berdiferensiasi lebih lanjut sehingga sel induk unipotensial seri eritrosit hanya akan berdiferensiasi menjadi sel pronormoblas. Sel pronormoblas akan membentuk DNA yang diperlukan untuk tiga sampai empat kali fase mitosis. Melalui empat kali mitosis dari tiap sel pronormoblas akan terbentuk 16 eritrosit. Eritrosit matang kemudian dilepaskan dalam sirkulasi. Pada produksi eritrosit normal tulang memerlukan besi, vitamin B12, asam folat, piridoksin(vitamin B6), kobal, asam amino, dan tembaga.
Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa perubahan morfologi sel yang terjadi selama proses diferensiasi sel pronormoblas sampai eritrosit matang dapat dikelompokkan ke dalam 3 kelompok yaitu sebagai berikut:
1.
Ukuran
sel semakin kecil akibat mengecilnya inti sel.
2.
Inti
sel menjadi makin padat dan akhirnya dikeluarkan pada tingkatan eritroblas
asidosis.
3. Dalam sitoplasma di bentuk hemoglobin yang diikuti dengan hilangnya RNA dari dalam sitoplasma sel .
Penghancuran Sel Darah Merah (Eritrosit)
Proses penghancuran eritrosit terjadi karena proses penuaan (senescence) dan proses patologis (hemolisis).
Hemolisis yang terjadi pada eritrosit akan mengakibatkan terurainya komponen-komponen hemoglobin menjadi dua bagian komponen sebagai berikut :
·
Komponen
protein, yaitu globin akan dikembalikan ke pool protein dan dapat digunakan
kembali.
·
Komponen
heme akan dipecah menjadi dua yaitu:
Besi
yang akan dikembalikan ke pool besi dan digunakan ulang.
Bilirubin
yang akan diekskresikan melalui hati dan empedu
Kelainan Eritrosit
Variasi Kelainan dari Besar Eritrosit
(Sel Darah Merah)
a) Makrositosis
Keadaan dimana diameter rata-rata eritrosit lebih dari 8,5 mikron dengan tebal rata-rata 2,3 mikron. Makrosit dengan bentuk agak oval dengan diameter 12-15 mikron disebut megalocyt, ditemukan pada anemi defisiensi vitamin B12 dan atau defisiensi asam folat.
Terjadi karena pematangan inti eritrosit terganggu, dijumpai pada defisiensi vitamin B₁₂ atau asam folat. Penyebab lainnya adalahkarena rangsangan eritropoietin yang berakibat meningkatkatnya sintesa hemoglobin dan meningkatkan pelepasan retikulosit kedalam sirkulasi darah. Sel ini didapatkan pada anemia megaloblastik, penyakit hati menahun berupa thin macrocytes dan pada keadaan dengan retikulositosis, seperti anemia hemolitik atau anemia paska pendarahan.
b) Mikrositosis
Keadaan dimana rata-rata eritrosit kurang dari 7 mikron dan tebal rata-rata 1,5 – 1,6 mikron. Faktor-faktor yang mengganggu sintetis Hb akan menyebabkan terjadinya mikrosit dan hipokrom. Mikrositosis dapat ditemukan pada anemia defisiensi besi, anemia pada penyakit kronis, dan talasemia.
c) Anisositosis
Keadaan dimana ukuran besarnya eritrosit bervariasi, jadi terdapat makro, normo dan mikrosit, sedang bentuknya sama. Ditentukan misalnya pada anemia kronik yang berat.(Anonim, 2007).
Variasi Warna Sel Darah Merah
(Eritrosit)
a)
Normokromia
Keadaan dimana
eritrosit dengan konsentrasi Hb normal.
b)
Hipokromia
Keadaan erirosit
dengan konsentrasi kurang dari normal.Bila daerah pucat di sentral sel melebar,
terjadilah “ring eritrosit” atau anulosit.Ditemukan misalnya pada anemia
defisiensi besi, talasemia, hemoglobinopati C atau E.
c)
Hiperkrom
Keadaan
eritrosit dengan warna oxyphyl yang lebih dari normal bukan karena kejenuhan
Hb, melainkan karena penebalan membran sel. Ditemukan pada spherositosis.
d)
Polikromasia
Keadaan beberapa
warna pada eritrosit misalnya basofilik ataupun polikromatofilik.
e) Anisokromasia
Adanya peningkatan variabillitas warna dari hipokrom dan normokrom. Anisokromasia umumnya menunjukkan adanya perubahan kondisi seperti kekurangan zat besi dan anemia penyakit kronis
Variasi Bentuk Eritrosit
Adapun kelainan bentuk eritrosit yaitu :
a)
Ovalosit
Eritrosit
yang berbentuk lonjong . Evalosit memiliki sel dengan sumbu panjang kurang dari
dua kali sumbu pendek. Evalosit ditemukan dengan kemungkinan bahwa pasien
menderita kelainan yang diturunkan yang mempengaruhi sitoskelekton eritrosit
misalnya ovalositosis herediter.
b) Sferosi
Sel yang berbentuk bulat atau mendekati bulat. Sferosit merupakan sel yang telah kehilangan sitosol yang setara. Karena kelainan dari sitoskelekton dan membrane eritrosit.
c) Schistocyte
Merupakan fragmen eritrosit berukuran kecil dan bentuknya tak teratur, berwarna lebih tua. Terjadi pada anemia hemolitik karena combusco reaksi penolakan pada transplantasi ginjal.
d) Teardrop cells (dacroytes)
Berbentuk seperti buah pir. Terjadi ketika ada fibrosis sumsum tulang atau diseritropoesis berat dan juga dibeberapa anemia hemolitik, anemia megaloblastik, thalasemia mayor, myelofibrosi idiopati karena metastatis karsinoma atau infiltrasi myelofibrosis sumsum tulang lainnya.
e) Blister cells
Eritrosit yang terdapat lepuhan satu atau lebih berupa vakuola yang mudah pecah, bila pecah sel tersebut bisa menjadi keratosit dan fragmentosit. Terjadi pada anemia hemolitik mikroangiopati.
f) Acantocyte / Burr cells
Eritrosit mempunyai tonjolan satu atau lebih pada membrane dinding sel kaku. Terdapat duri-duri di permukaan membrane yang ukurannya bervariasi dan menyebabkan sensitif terhadap pengaruh dari dalam maupun luar sel. Terjadi pada sirosis hati yang disertai anemia hemolitik, hemangioma hati, hepatitis pada neonatal.
g) Sickle cells (Drepanocytes)
Eritrosit yang berbentuk sabit. Terjadi pada reaksi transfusi, sferositosis congenital, anemia sel sickle, anemia hemolitik.
h) Stomatocyte
Eritrosit bentuk central pallor seperti mulut. Tarjadi pada alkoholisme akut, sirosis alkoholik, defisiensi glutsthione, sferosis herediter, nukleosis infeksiosa, keganasan, thallasemia.
i) Target cells
Eritrosit yang bentuknya seperti tembak atau topi orang meksiko. Terjadi pada hemogfobinopati, anemia hemolitika, penyakit hati.
Kelainan Berdasarkan Benda
Inklusi Eritrosit
a) Basophilic stippin
Suatu granula berbentuk ramping / bulat, berwarna biru tua. Sel ini sulit ditemukan karena distribusinya jarang.
b) Kristal
Bentuk batang lurus atau bengkok, mengandung pollimer
rantai beta Hb A, dengan pewarnaan brilliant cresyl blue yang Nampak berwarna
biru.
c) Heinz bodies
Benda inklusi berukuran 0,2 -22,0 Nm. Dapat dilihat
dengan pewarnaan crystal violet / brillian cresyl blue.
d) Howell-jouy bodies
Bentuk bulat, berwarna biru tua atau ungu, jumlahnya satu atau dua mengandung DNA. Karena percepatan atau abnormalitas eritropoeisis. Terjadi pada anemia hemolitik, post operasi, atrofi lien.
e) Pappenheimer bodies
Berupa bintik, warna ungu dengan pewarnaan wright.
Dijumpai pada hiposplenisme, anemia hemolitika.
0 komentar