BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Penyakit Demam Berdarah
Dengue ( DBD ) merupakan penyakit endemis di Indonesia dan sampai saat ini
masih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Penyakit Demam Berdarah disebabkan
oleh infeksi virus Dengue yang akut dan ditandai dengan panas mendadak selama 2
– 7 hari tanpa sebab yang jelas disertai dengan manifestasi perdarahan, seperti
petekie, epistaxis kadang disertai muntah darah, berak darah, kesadaran
menurun, dan syock
Penyakit Demam Berdarah
atau Dengue Hemorragik Fever (DHF) ialah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes
Albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia,
kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air
laut. Merebaknya kasus DBD ini menimbulkan reaksi dari berbagai kalangan.
Sebagian menganggap hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran akan kebersihan
lingkungan dan sebagian lagi menganggap karena pemerintah lambat dalam
mengantisipasi dan merespon kasus ini .
B. Tujuan
Makalah
ini bertujuan untuk member pengetahuan kepada kita semua tentang untuk
mengetahui :
1. Penyebaba
Demam Berdarah
2. Gejala
Demam berdarah
3. Pengobatan
terhadap demam berdarah
4. Pencegahan
terhadap demam berdarah
5. Pemeriksaan
demam berdarah.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Defenisi
Penyakit Demam Berdarah
Dengue (DBD) {bahasa medisnya disebut Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)} adalah
penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dengan genusnya adalah favivirus.
Virus ini mempunyai empat serotipe yang di kenal dengan DEN- 1, DEN- 2, DEN- 3,
dan DEN- 4, yang di tularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus, yang mana menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada
sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan – perdarahan.
2. Vektor
Penyakit Demam Berdarah
Klasifikasi
Kerajaan
: Animalia.
Filum :
Arthropoda,
Kelas :
Insecta
Ordo ;
Diptera.
Famili : Culicidae
Genus ;
Aedes
spesies ; aedea
aegeypti
Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa
virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. Selain dengue, A. aegypti juga
merupakan pembawa virus demam kuning (yellow fever)
dan chikungunya. Penyebaran jenis ini sangat luas,
meliputi hampir semua daerah tropis di seluruh dunia. Sebagai pembawa virus dengue, A. aegypti
merupakan pembawa utama (primary vector) dan bersama Aedes albopictus
menciptakan siklus persebaran dengue di desa dan kota. Mengingat keganasan
penyakit demam berdarah, masyarakat
harus mampu mengenali dan mengetahui cara-cara mengendalikan jenis ini untuk
membantu mengurangi persebaran penyakit demam berdarah.
·
Morfologi
Nyamuk
|
Pupa
|
Larva
|
Telur
|
|
|
|
|
Keterangan
o Telur Aedes diletakkan pada bagian yang
berdekatan dengan permukaan air atau menempel pada permukaan benda yang
terapung.
o Jentik nyamuk Aedes Aegypti memiliki rambut
abdomen dan pada stadium ini jentik membentuk sudut dan terdapat alat untuk
menghisap oksigen.
o Stadium pupa pada nyamuk Aedes berada dibawah permukaan air dengan melingkarkan badannya.
Ekor pupa agak lurus dengan kepala melingkar dan menempel dibadannya namun
tidak bertemu dengan ekor.
o Nyamuk dewasa memiliki ukuran sedang dengan
tubuh berwarna hitam kecoklatan.
o Nyamuk ini hidup didalam dan di sekita rumah,
dan memiliki kebiasaan menghisap pada siang hari.
·
Perilaku Hidup
Aedes
aegypti bersifat diurnal atau aktif pada pagi
hingga siang hari. Penularan penyakit dilakukan oleh nyamuk betina karena hanya
nyamuk betina yang mengisap darah. Hal itu dilakukannya untuk memperoleh asupan
protein yang diperlukannya untuk memproduksi telur. Nyamuk jantan tidak
membutuhkan darah, dan memperoleh energi dari nektar bunga ataupun tumbuhan.
Jenis ini menyenangi area yang gelap dan benda-benda berwarna hitam atau merah.
Demam berdarah kerap menyerang anak-anak karena anak-anak cenderung duduk di
dalam kelas selama pagi hingga siang hari dan kaki mereka yang tersembunyi di
bawah meja menjadi sasaran empuk nyamuk jenis ini..
Nyamuk
dewasa betina mengisap darah manusia pada siang hari yang dilakukan baik di
dalam rumah ataupun luar rumah. Pengisapan darah dilakukan dari pagi sampai
petang dengan dua puncak yaitu setelah matahari terbit (08.00-10.00) dan
sebelum matahari terbenam (15.00-17.00) (Srisasi G et al., 2000).
Infeksi
virus dalam tubuh nyamuk dapat mengakibatkan perubahan perilaku yang mengarah
pada peningkatan kompetensi vektor, yaitu
kemampuan nyamuk menyebarkan virus. Infeksi virus dapat mengakibatkan nyamuk
kurang handal dalam mengisap darah, berulang kali menusukkan proboscis nya, namun tidak berhasil mengisap
darah sehingga nyamuk berpindah dari satu orang ke orang lain. Akibatnya,
risiko penularan virus menjadi semakin besar.
Di Indonesia, nyamuk A.
aegypti umumnya memiliki habitat di lingkungan perumahan, di mana terdapat
banyak genangan air bersih dalam bak mandi ataupun tempayan. Oleh karena itu,
jenis ini bersifat urban, bertolak belakang
dengan A. albopictus yang
cenderung berada di daerah hutan berpohon rimbun (sylvan areas).
3. Patogenis
DBD
Berdasarkan data yang ada, terdapat bukti yang kuat bahwa
mekanisme imunopatologis berperan dalam terjadinya demam berdarah dengue dan
sindrom renjatan dengue.
respon imun yang diketahui
berperan dalam patogenesis DBD adalah:
1.
Respon imun humoral
berupa pembentukan antibodi yang berperan dalam proses netralisasi virus,
sitolisis yang dimediasi oleh komplemen dan sitotoksisitas yang dimediasi oleh
antibodi. Antibodi terhadap virus dengue berperan dalam mempercepat replikasi
virus pada monosit atau makrofag. Ini yang disebut dengan antibody
dependent enhancement (ADE).
2.
Limfosit T baik
T-helper (CD4) dan T sitotoksik (CD8) berperan dalam respon imun seluler
terhadap virus dengue. Diferensiasi T helper yaitu TH1 akan memproduksi interferon
gamma, IL-2 dan limfokin, sedangkan TH2 memproduksi IL-4, IL-5, IL6 dan IL-10
3.
Monosit dan makrofag
berperan dalam fagositosis virus dengan opsonisasi antibodi. Namun proses
fagositosis ini menyebabkan peningkatan replikasi virus dan sekresi sitokin
oleh makrofag
4.
Selain itu terjadi
juga aktivasi komplemen oleh kompleks imun.
Halstead pada tahun 1973 mengajukan
hipotesis secondary heterologous infection yang menyatakan
bahwa DBD terjadi bila seseorang terinfeksi ulang virus dengue dengan tipe yang
berbeda. Re-infeksi menyebabkan reaksi anamnestik antibodi sehingga
mengakibatkan konsentrasi kompleks imun meninggi.
Kurane dan Ennis (1994) merangkum pendapat
Halstead dan peneliti lain; menyatakan bahwa infeksi virus dengue menyebabkan
aktivasi makrofag yang memfagositosis kompleks virus-antibodi non netralisasi
sehingga virus bereplikasi di dalam makrofag. Terjadinya infeksi makrofag
menyebabkan aktivasi Th dan Ts sehingga diproduksi limfokin dan interferon
gamma. Interferon gamma akan mengaktivasi monosit sehingga disekresi berbagai
mediator inflamasi seperti TNF alfa, IL-1, PAF, IL-6 dan histamin yang
mengakibatkan terjadinya disfungsi endotel dan terjadi kebocoran plasma. Ini
juga diperkuat oleh peningkatan C3a dan C5a.
4. Penularan
DBD
DBD dapat dengan mudah
menular melalui vektor penularnya, yakni nyamuk Aedes aegypti melalui gigitannya. Meskipun
nyamuk Aedes albopictus
dapat menularkan DBD tetapi peranannya dalam penyebaran penyakit sangat kecil,
karena biasanya hidup di kebun-kebun. Seminggu setelah digigit oleh nyamuk Aedes aegypti yang mengandung
virus dengue, maka orang tersebut akan jatuh sakit demam berdarah, atau dapat
juga tetap sehat tetapi menjadi carrier
(sumber penular dengan menyimpan virus dengue).
Karena nyamuk yang
menggigit orang yang darahnya mengandung virus dengue, sepanjang nyamuk
tersebut hidup akan tetap mengandung virus dengue dan setiap saat dapat
ditularkan kepada orang lain melalui gigitannya pula (menggigit pada siang
hari).
5. Gejala
DBD
1)
Demam
tinggi yang mendadak 2 – 7 hari ( 38 – 40 derajat Celsius ).
2)
Pada pemeriksaan uji tourniquet, tampak adanya
jentik (puspura) perdarahan.
3)
Terjadi
pembesaran hati ( Hepatomegali ).
4)
Tekanan
darah menurun sehingga menyebabkan syok.
5)
Terjadi
penurunan trombosit di bawah 100.000 / mm3 (Trombositopeni)
6)
timbulnya
beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual,muntah penurunan nafsu makan
( anoreksia ),sakit perut diare,menggigil kejang, sakit kepala, mimisan (
epitaksis ) pada hidung dan gusi, feces berlendir dan campur darah ( malena ).
7)
Demam
yang di rasakan penderita menyebabkan pegal / sakit pada persendian.
8)
Munculnya
bintik – bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah
9)
Pada
kasus berat gejala klinis di tambah dengan terjadinya akumulasi cairan pada
rongga tubuh
6. Pemeriksaan
Tes DBD
Alat tes Demam Berdarah IgG / IgM adalah suatu
pengujian untuk penetapan kadar fasa-padat immunochromatographic untuk
pendeteksian diferensial dan kwalitatif cepat zat darah IgG dan IgM terhadap
virus demam berdarah di dalam serum manusia atau plasma. Test ini dimaksudkan
untuk mengetahui hasil diagnosa primer dan infeksi/peradangan demam berdarah
sekunder. Test ini hanya memberikan hasil percobaan pada tahap awal. Oleh
karena itu, pengasingan virus, pendeteksian antigen di dalam
jaringan/tisu-jaringan/tisu yang ditetapkan, diperbaiki, RT-PCR dan serological
test seperti haemagglutination-inhibition test, metoda hasil diagnosa
alternatif yang lebih spesifik harus digunakan untuk memperoleh penyebab
infeksi virus demam berdarah.
Alat test uji Demam Berdarah IgG / IgM
mempunyai 3 garis yang dilapisi, "G" (Demam Berdarah IgG -garis
hasil-), "M" (Demam Berdarah IgM -garis hasil-) dan "C"
(Garis kontrol). Ketiga bentuk tersebut digunakan untuk melihat hasil dari
pengujian. " Garis Kontrol " digunakan untuk kendali prosedural.
Garis kontrol akan muncul jika prosedur ujian dilaksanakan dengan baik dan
bahan reaksi ujian dari garis kontrol juga bekerja. Jika alat test uji berwarna
ungu di daerah "G" dan "M" maka hasil menunjukkan bahwa ada
virus Dengue didalam zat darah penyerang kuman IgG atau IgM. Jika alat test
tidak menunjukkan adanya warna berarti zat darah penyerang kuman IgG atau IgM
tidak mengandung virus Dengue.
Ketika suatu spesimen ditambahkan dengan baik, IgG atau IgM di dalam contoh spesimen mengikat kepada anti manusia IgG atau IgM zat darah penyerang kuman menghentikan dalam dua bentuk ke seberang selaput ujian. Jika imunoglobulin-imunoglobulin demam berdarah spesifik dari IgG atau IgM hadir di dalam contoh, kompleks emas koloidal yang berisi antigen demam berdarah yang ditangkap oleh batas, IgG atau IgM pasien memberi bentuk yang terlihat warnanya
Ketika suatu spesimen ditambahkan dengan baik, IgG atau IgM di dalam contoh spesimen mengikat kepada anti manusia IgG atau IgM zat darah penyerang kuman menghentikan dalam dua bentuk ke seberang selaput ujian. Jika imunoglobulin-imunoglobulin demam berdarah spesifik dari IgG atau IgM hadir di dalam contoh, kompleks emas koloidal yang berisi antigen demam berdarah yang ditangkap oleh batas, IgG atau IgM pasien memberi bentuk yang terlihat warnanya
· Kegunaan
:
Pemeriksaaan IgG/IgM adalah suatu
tes cepat dengan teknik pengujian
Immunochromatographic untuk mendeteksi secara kualitatif sekaligus membedakan
antibodi IgG dan IgM terhadap virus dengue didalam serum. Pada infeksi primer
Antibodi IgM muncul pada hari ke 3-5 sejak gejala dan bertahan untuk jangka
waktu 30-60 hari. Antibodi IgG muncul
disekitar hari ke 14 dan bertahan seumur hidup. Infeksi dengue sekunder
ditunjukkan dengan tingkat antibodi IgG meningkat dalam 1-2 hari setelah gejala
muncul dan merangsang respon antibodi IgM setelah 20 hari Infeksi.
· Prinsip :
Dengue
Dx IgG/IgM Rapid Tes dirancang untuk secara simultan mendeteksi sekaligus
membedakan antibodi IgG dan IgM terhadap virus dengue. Tes ini juga dapat
mendeteksi ke empat serotype virus dengue karena menggunakan suatu paduan antigen recombinant dengue envelope proteins
Dengue Dx IgG/IgM tes memiliki tiga garis
pre-coated pada permukaan membran. Garis tes dengue IgG (G), garis tes
dengue IgM (M), dan garis kontrol (C). Ketiga garis ini terletak dibagian
jendela hasil dan tidak akan terlihat sebelum sebelum dilakukan penambahan
sampel. Garis kontrol C digunakan sebagai kontrol prosedur. Garis ini selalu
muncul jika prosedur tes dilakukan dengan benar dan reagen dalam kondisi
baik. Garis “G” dan “M” akan terlihat pada jendela hasil
jika terdapat antobodi IgG dan IgM terhadap virus dengue dalam sampel. Jika
tidak terdapat antibodi, maka tidak akan
terbentuk garis “G” atau “M”Ketika sampel diteteskan kedalam sumur (well)
sampel (S) dan diikuti dengan penambahan buffer diluent, maka sampel dan antibody-gold conjugate akan bergerak
sepanjang membrane, yang selanjutnya akan ditangkap oleh anti human IgG dan atau anti-human IgM membentuk
garis berwarna.
· Alat dan Bahan
serum
delluent
kit igm/igg
· Cara Kerja
1.
Taruh alat test di
wadah yang kering.
2.
Tambahkan 5 ul dari serum
atau plasma yang menggunakan 5 pipet ul atau mikropipet kapiler ke dalam contoh
yang bujur sangkar well(s).
3.
Tambahkan 2 tetes deluuent pada lubang d
4.
Interpretasikan hasil
percobaan pada 15-20 menit.
·
Iterprestasi Hail
o
IgM Positif
Jika ada warna di garis kendali (C) dan IgM garis (M) maka darah
positif terkena penyakit Demam Berdarah.
o
IgG Positif
Jika ada warna di
garis kendali (C) dan IgG garis (G) maka zat darah positif terserang kuman IgG.
Hal ini menunjukkan adanya infeksi/peradangan demam berdarah yang lampau atau
yang sekunder.
o
IgG & IgM Positif
Jika ada warna garis
kendali (C), IgM (M) dan IgG garis (G) maka zat darah positif terserang kuman
IgM dan IgG. Hal ini menunjukkan adanya sifat primer atau awal
infeksi/peradangan demam berdarah yang sekunder.
o
Negatif
Jika garis control yang terlihat di alat test tidak ada antibody IgG & IgM terdeteksi. Ulangi test dalam 3-5 hari jika terindikasi infeksi demam berdarah.
Jika garis control yang terlihat di alat test tidak ada antibody IgG & IgM terdeteksi. Ulangi test dalam 3-5 hari jika terindikasi infeksi demam berdarah.
o
Invalid
Jika pada garis kontrol “C” tidak ada yang muncul. Kemungkinan Volume spesimen yang tidak cukup atau salah teknik procedural. Dan ini merupakan pertimbangan yang hampir bisa dipastikan untuk kegagalan garis kontrol. Ulangi test menggunakan suatu alat test yang baru.
Jika pada garis kontrol “C” tidak ada yang muncul. Kemungkinan Volume spesimen yang tidak cukup atau salah teknik procedural. Dan ini merupakan pertimbangan yang hampir bisa dipastikan untuk kegagalan garis kontrol. Ulangi test menggunakan suatu alat test yang baru.
·
Hasil pemeriksaan DBD
dari Beberapa Sampel
Nama
|
Tgl Pengambilan
|
Hasil
|
Fardin
|
Selasa 6/11/2012
|
Negatif (-)
|
Sulfi
|
Selasa 6/11/2012
|
Negatif (-)
|
Harman
|
Selasa 6/11/2012
|
Negatif(-)
|
Priman
|
Senin 19/11/2012
|
Negatif (-)
|
Khusnul
|
Senin 19/11/2012
|
Negatif (-)
|
Purwanto
|
Senin 19/11/2012
|
Negatif (-)
|
Eka
|
Senin 19/11/2012
|
Negatif (-)
|
Ardhiyah
|
Senin 19/11/2012
|
Negatif
|
·
Peringatan dalam test dengue
1)
Tes
ini hanya digunakan satu kali pakai
2)
Petunjuk
harus diikuti secara tepat untuk mendapatkan hasil yang akurat.
3)
Jangan
makan atau merokok sewaktu menangani sampel
4)
Pakailah
sarung tangan pelindung sewaktu menangani sampel. Cuci tangan
5)
dengan
sempurna setelah itu
6)
Jangan
gunakan kembali Disposable dropper yang telah terpakai
7)
Hindari
percikan atau pembentukan aerosol
8)
Bersihkan
tumpahan dengan seksama menggunakan desinfektan yang sesuai
9)
Desinfeksikan
dan buang semua spesimen, kit dan bahan lain yang berpotensi
10) menular kedalam kantong khusus biohazard
11) Jangan gunakan tes jika kantong tes telah
rusak
·
Cara
Penyimpanan untuk Stabiltas Kit.
1)
Untuk hasil terbaik, ikuti petunjuk penggunaan
secara tepat
2)
Semua spesimen harus diperlakukan sebagai
bahan yang berpotensi mudah menular.
3)
Simpan
tes pada suhu 1-30°C.
4)
Tes sangat sensitif terhadap kelembapan dan
suhu panas
5)
Jangan membuka atau memindahkan tes dari
kantongnya sebelum digunakan.
6)
Jangan
gunakan tes yang telah kadaluarsa. Batas kadaluarsa tertera di bagian luar
kemasan
7)
Jangan
gunakan tes jika kantong atau seal kemasan rusak.
8)
Jangan
campur komponen kit yang berasal dari lot yang berbeda beda.
9)
Larutan diluent mengandung pengawet sodium azide konsentrasi rendah. Perlakukan
secara hati-hati jangan tertelan dan hindarkan terjadinya kontak
·
Pengambilan
dan Penyimpanan sampel
Sampel yang digunakan pada pemeriksaan
ini adalah Serum. Berikut tata cara pengambilan sample, penyimpanan, dan
Tindakan pencegahan .
1)
Kumpulkan
darah vena kedalam tabung reaksi (TIDAK mengandung antikoagulan seperti
heparin, EDTA dan sodium citrate),
diamkan selama 30 menit hingga darah membeku dan kemudian lakukan sentrifuge dengan kecepatan 1500-2000 rpm
selama 15-20 menit hingga didapatkan sampel serum.
2)
Jika sampel serum tidak segera digunakan,
simpan sampel pada suhu 2-8° C. Untuk
penyimpanan lebih dari 3 hari, sampel dianjurkan disimpan pada suhu beku dan
saat akan digunakan, adaptasikan terlebih dahulu pada suhu kamar
3)
Sampel
serum yang mengandung endapan (precipitate) dapat memberikan hasil yang tidak
konsisten.
·
Spesifikasi
o
Spesimen: darah Utuh / Serum / Plasma
o
Deteksi: IgM & IgG
o
Volume: 1 tetes (1ml) spesimen dan 2 tetes
pengencer sampel
o
Membaca Waktu: 15 menit
o
Sencitifity:> 95%
o
Spesifisitas:> 95%
o
Berdasarkan: immunochromatography berbasis
Satu Langkah di Vitro Diagnostik
o
Perangkat: 25 Test / Kit
7. Pengendalian
DBD
Pencegahan dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk
diwaktu pagi sampai sore, karena nyamuk aedes aktif di siang hari (bukan malam
hari). Misalnya hindarkan berada di lokasi yang banyak nyamuknya di siang hari,
terutama di daerah yang ada penderita DBD nya. Beberapa cara yang paling
efektif dalam mencegah penyakit DBD melalui metode pengontrolan atau
pengendalian vektornya adalah :
a.
Pada Larva / jentik nyamuk:
1)
dilakukan dengan cara menjaga sanitasi /
kebersihan lingkungan yaitu pada umumnya 3M: Menguras dan menyikat dinding bak
penampungan air kamar mandi; karena jentik / larva nyamuk demam berdarah
(Aedest Aegypti) akan menempel pada dinding bak penampungan air setelah dikuras
dengan ciri-ciri berwarna kehitam-hitaman pada dinding, hanya dengan menguras
tanpa menyikat dinding maka jentik / larva nyamuk demam berdarah (Aedest
Aegypti) tidak akan mati karena mampu hidup dalam keadaan kering tanpa air
sampai dengan 6 (enam) bulan, jadi setelah dikuras diding tersebut harus
disikat. Menutup rapat – rapat bak – bak penampungan air
2)
dilakukan dengan cara pencegahan preventive
yaitu memelihara ikan pada tempat penampungan air
b.
Pada
Nyamuk Dewasa :
1)
Dengan memasang kasa nyamuk atau screening
yang berfungsi untuk pencegahan agar nyamuk dewasa tidak dapat mendekat pada
linkungan sekitar kita.
2)
Dengan menggunkan Insect Light Killer yaitu perangkap
untuk nyamuk yang menggunakan lampu sebagai bahan penariknya (attractan) dan
untuk membunuhnya dengan mengunakan aliran listrik. Cara kerja tersebut sama
dengan Electric Raket.
a.
Pada Larva / jentik nyamuk:
Yaitu
dikakukan dengan menaburkan bubuk larvasida atau yang biasa disebut dengan
ABATE Untuk tempat-tempat air yang tidak mungkin atau sulit dikuras, taburkan
bubuk ABATE ke dalam genangan air tersebut untuk membunuh jentik-jentik nyamuk.
Ulangi hal ini setiap 2-3 bulan sekali. Selama 3 bulan bila tempat penampungan
air tersebut akan dibersihkan/diganti airnya, hendaknya jangan menyikat bagian
dalam dinding tempat penampungan air tersebut Air yang telah dibubuhi ABATE
dengan takaran yang benar, tidak membahayakan dan tetap aman bila air tersebut
diminum yang mana Takaran penggunaan bubuk ABATE adalah sebagai berikut :Untuk
10 liter air, ABATE yang diperlukan = (100/10) x 1 gram = 10 gram ABATE.Untuk
menakar ABATE digunakan sendok makan. Satu sendok makan peres berisi 10 gram
ABATE.
b.
Pada
Nyamuk Dewasa :
1)
Dilakukan Space Treatment : Pengasapan
(Fogging) dan Pengkabutan (Ultra Low Volume) dengan insectisida yang bersifat
knock down mampun menekan tingkat populasi nyamuk dengan cepat.
2)
Dilakukan Residual treatment : Penyemprotan
(Spraying) pada tempat hinggapnya nyamuk biasanya bekisaran antara 0 – 1 meter
diatas permukaan lantai bangunan.
3)
Dengan memasang obat nyamuk bakar maupun
obant nyamuk semprot yang siap pakai dan bisa juga memakai obat oles anti
nyamuk yang memberikan daya fungsi menolak (repellent) pada nyamuk yang akan
mendekat.
Adapun beberapa upaya untuk menurunkan, menekan dan mengendalikan nyamuk
dengan cara pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut:
a.
Modifikasi Lingkungan
Yaitu setiap
kegiatan yang mengubah fisik lingkungan secara permanen agar tempat perindukan
nyamuk hilang. Kegiatan ini termasuk penimbunan, pengeringan, pembuatan
bangunan (pintu, tanggul dan sejenisnya) serta pengaturan sistem pengairan
(irigasi). Kegiatan ini di Indonesia populer dengan nama kegiatan pengendalian
sarang nyamuk ”3M” yaitu dari kata menutup, menguras dan menimbun berbagai
tempat yang menjadi sarang nyamuk.
b.
Manipulasi Lingkungan
Yaitu
suatu bentuk kegiatan untuk menghasilkan suatu keadaan sementara yang tidak
menguntungkan bagi keberadaan nyamuk seperti pengangkatan lumut dari laguna,
pengubahan kadar garam dan juga sistem pengairan secara berkala di bidang
pertanian.
c.
Mengubah atau Memanipulasi Tempat Tinggal dan
Tingkah Laku
Yaitu
kegiatan yang bertujuan mencegah atau membatasi perkembangan vektor dan
mengurangi kontak dengan manusia. Pendekatan ini dilakukan dengan cara
menempatkan dan memukimkan kembali penduduk yang berasal dari sumber nyamuk
(serangga) penular penyakit, perlindungan perseorangan (personal protection),
pemasangan rintangan-rintangan terhadap kontak dengan sumber serangga vektor,
penyediaan fasilitas air, pembuangan air, sampah dan buangan lainnya.
d.
Pengendalian Hayati
Yaitu
cara lain untuk pengendalian non kimiawi dengan memanfaatkan musuh-musuh alami
nyamuk. Pelaksanaan pengendalian ini memerlukan pengetahuan dasar yang memadai
baik mengenai bioekologi, dinamika populasi nyamuk yang akan dikendalikan dan
juga bioekologi musuh alami yang akan digunakan. Dalam pelaksanaanya metode ini
lebih rumit dan hasilnyapun lebih lambat terlihat dibandingkan dengan
penggunaan insektisida. Pengendalian hayati baru dapat memperlihatkan hasil
yang optimal jika merupakan bagian suatu pengendalian secara terpadu.
e.
Musuh alami yang yang digunakan dalam
pengendalian hayati adalah predator, patogen dan parasit.
1)
Predator
Adalah
musuh alami yang berperan sebagai pemangsa dalam suatu populasi nyamuk.
Contohnya beberapa jenis ikan pemakan jentik atau larva nyamuk.Ikan pemakan
jentik nyamuk yang telah lama digunakan sebagai pengendali nyamuk adalah ikan
jenis guppy dan ikan kepala timah. Jenis ikan lain yang dikembangkan adalah
ikan mas, mujahir dan ikan nila di persawahan. Selain ikan dikenal pula larva
nyamuk yang bersifat predator yaitu jentik nyamuk Toxorrhynchites yang
ukurannya lebih besar dari jentik nyamuk lainnya ( sekitar 4-5 kali ukuran
larva nyamuk Aedes aegypti). Di beberapa negara pemanfaatan larva
Toxorrhynchites telah banyak dilakukan dalam rangkaian usaha memberantas nyamuk
demam berdarah secara tepadu.a
2)
Patogen
Merupakan
jasad renik yang bersifat patogen terhadap jentik nyamuk. Sebagai contoh adalah
berbagai jenis virus (seperti virus yang bersifat cytoplasmic polyhedrosis),
bakteri (seperti Bacillus thuringiensis subsp.israelensis, B. sphaericus),
protozoa (seperti Nosema vavraia, Thelohania) dan fungi (seperti Coelomomyces,
Lagenidium, Culicinomyces)
3)
Parasit
Yaitu
mahluk hidup yang secara metabolisme tergantung kepada serangga vektor dan
menjadikannya sebagai inang. Contohnya adalah cacing Nematoda seperti
Steinermatidae (Neoplectana), Mermithidae (Romanomermis) dan Neotylenchidae
(Dalandenus) yang dapat digunakan untuk mengendalikan populasi jentik nyamuk
dan serangga pengganggu kesehatan lainnya. Nematoda ini memerlukan serangga
sebagai inangnya, masuk ke dalam rongga tubuh, merusak dinding dan jaringan
tubuh serangga tersebut. Jenis cacing Romanomermis culiciforax merupakan contoh
yang sudah diproduksi secara komersial untuk mengendalikan nyamuk. Meskipun
demikian pemanfaatan spesies Nematoda sampai saat ini masih terbatas pada
daerah-daerah tertentu karena sebaran spesiesnya terbatas, hanya menyerang pada
fase dan spesies serangga tertentu dan memerlukan dasar pengetahuan bioekologi
yang kuat.
8. Pengobatan
Fokus pengobatan pada penderita penyakit
DBD adalah mengatasi perdarahan, mencegah atau mengatasi keadaan syok /
persyok, yaitu dengan mengusahakan agar penderita banyak minum sekitar 1,5
sampai 2 liter air dalam 24 jam (air teh dan gula sirup atau susu) penambahan
cairan tubuh melalui infus (intravena) mungkinb di perlukan untuk mencegah
dehidrasi dan hemokonsentrasi yang berlebihan. Transfusi platelet di lakukan
jika jumlah platelet menurun drastis. Terhadap keluhan yang timbul, selanjutnya
adalah pemberian obat – obatan misalnya :
·
Parasetamol
membantu menurunkan demam
·
Garam
elektrolit (oralit) jika di sertai diare
·
Antibiotik
berguna untuk mencegah infeksi sekunder, lakukan kompres dingin, tidak perlu dengan
es karena bisa berdampak syok. dapat mengembalikan cairan intravena dan
peningkatan nilai trombosit darah.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Penyebaran penyakit
DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus,
sehingga pada wilayah yang sudah diketahui adanya serangan penyakit DBD akan
mungkin ada penderita lainnya bahkan akan dapat menyebabkan wabah yang luar
biasa bagi penduduk disekitarnya.
Pencegahan dilakukan
dengan menghindari gigitan nyamuk diwaktu pagi sampai sore, karena nyamuk aedes
aktif di siang hari (bukan malam hari). Misalnya hindarkan berada di lokasi
yang banyak nyamuknya di siang hari, terutama di daerah yang ada penderita DBD
nya.
Fokus pengobatan pada
penderita penyakit DBD adalah mengatasi perdarahan, mencegah atau mengatasi
keadaan syok atau presyok, yaitu dengan mengusahakan agar penderita banyak
minum sekitar 1,5 sampai 2 liter air dalam 24 jam (air teh dan gula sirup atau
susu).
B.
Saran
Beberapa ada cara yang
paling efektif dalam mencegah penyakit DBD melalui metode pengontrolan atau
pengendalian vektornya adalah:
a)
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat,
modifikasi tempat. perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan
perbaikan desain rumah.
b)
Pemeliharaan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang) pada
tempat air kolam, dan bakteri (Bt.H-14).
c)
Pengasapan atau fogging (dengan menggunakan malathion dan
fenthion).
d)
Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan
air seperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Penyakit Demam Berdarah
Dengue ( DBD ) merupakan penyakit endemis di Indonesia dan sampai saat ini
masih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Penyakit Demam Berdarah disebabkan
oleh infeksi virus Dengue yang akut dan ditandai dengan panas mendadak selama 2
– 7 hari tanpa sebab yang jelas disertai dengan manifestasi perdarahan, seperti
petekie, epistaxis kadang disertai muntah darah, berak darah, kesadaran
menurun, dan syock
Penyakit Demam Berdarah
atau Dengue Hemorragik Fever (DHF) ialah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes
Albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia,
kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air
laut. Merebaknya kasus DBD ini menimbulkan reaksi dari berbagai kalangan.
Sebagian menganggap hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran akan kebersihan
lingkungan dan sebagian lagi menganggap karena pemerintah lambat dalam
mengantisipasi dan merespon kasus ini .
B. Tujuan
Makalah
ini bertujuan untuk member pengetahuan kepada kita semua tentang untuk
mengetahui :
1. Penyebaba
Demam Berdarah
2. Gejala
Demam berdarah
3. Pengobatan
terhadap demam berdarah
4. Pencegahan
terhadap demam berdarah
5. Pemeriksaan
demam berdarah.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Defenisi
Penyakit Demam Berdarah
Dengue (DBD) {bahasa medisnya disebut Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)} adalah
penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dengan genusnya adalah favivirus.
Virus ini mempunyai empat serotipe yang di kenal dengan DEN- 1, DEN- 2, DEN- 3,
dan DEN- 4, yang di tularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus, yang mana menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada
sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan – perdarahan.
2. Vektor
Penyakit Demam Berdarah
Klasifikasi
Kerajaan
: Animalia.
Filum :
Arthropoda,
Kelas :
Insecta
Ordo ;
Diptera.
Famili : Culicidae
Genus ;
Aedes
spesies ; aedea
aegeypti
Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa
virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. Selain dengue, A. aegypti juga
merupakan pembawa virus demam kuning (yellow fever)
dan chikungunya. Penyebaran jenis ini sangat luas,
meliputi hampir semua daerah tropis di seluruh dunia. Sebagai pembawa virus dengue, A. aegypti
merupakan pembawa utama (primary vector) dan bersama Aedes albopictus
menciptakan siklus persebaran dengue di desa dan kota. Mengingat keganasan
penyakit demam berdarah, masyarakat
harus mampu mengenali dan mengetahui cara-cara mengendalikan jenis ini untuk
membantu mengurangi persebaran penyakit demam berdarah.
·
Morfologi
Nyamuk
|
Pupa
|
Larva
|
Telur
|
|
|
|
|
Keterangan
o Telur Aedes diletakkan pada bagian yang
berdekatan dengan permukaan air atau menempel pada permukaan benda yang
terapung.
o Jentik nyamuk Aedes Aegypti memiliki rambut
abdomen dan pada stadium ini jentik membentuk sudut dan terdapat alat untuk
menghisap oksigen.
o Stadium pupa pada nyamuk Aedes berada dibawah permukaan air dengan melingkarkan badannya.
Ekor pupa agak lurus dengan kepala melingkar dan menempel dibadannya namun
tidak bertemu dengan ekor.
o Nyamuk dewasa memiliki ukuran sedang dengan
tubuh berwarna hitam kecoklatan.
o Nyamuk ini hidup didalam dan di sekita rumah,
dan memiliki kebiasaan menghisap pada siang hari.
·
Perilaku Hidup
Aedes
aegypti bersifat diurnal atau aktif pada pagi
hingga siang hari. Penularan penyakit dilakukan oleh nyamuk betina karena hanya
nyamuk betina yang mengisap darah. Hal itu dilakukannya untuk memperoleh asupan
protein yang diperlukannya untuk memproduksi telur. Nyamuk jantan tidak
membutuhkan darah, dan memperoleh energi dari nektar bunga ataupun tumbuhan.
Jenis ini menyenangi area yang gelap dan benda-benda berwarna hitam atau merah.
Demam berdarah kerap menyerang anak-anak karena anak-anak cenderung duduk di
dalam kelas selama pagi hingga siang hari dan kaki mereka yang tersembunyi di
bawah meja menjadi sasaran empuk nyamuk jenis ini..
Nyamuk
dewasa betina mengisap darah manusia pada siang hari yang dilakukan baik di
dalam rumah ataupun luar rumah. Pengisapan darah dilakukan dari pagi sampai
petang dengan dua puncak yaitu setelah matahari terbit (08.00-10.00) dan
sebelum matahari terbenam (15.00-17.00) (Srisasi G et al., 2000).
Infeksi
virus dalam tubuh nyamuk dapat mengakibatkan perubahan perilaku yang mengarah
pada peningkatan kompetensi vektor, yaitu
kemampuan nyamuk menyebarkan virus. Infeksi virus dapat mengakibatkan nyamuk
kurang handal dalam mengisap darah, berulang kali menusukkan proboscis nya, namun tidak berhasil mengisap
darah sehingga nyamuk berpindah dari satu orang ke orang lain. Akibatnya,
risiko penularan virus menjadi semakin besar.
Di Indonesia, nyamuk A.
aegypti umumnya memiliki habitat di lingkungan perumahan, di mana terdapat
banyak genangan air bersih dalam bak mandi ataupun tempayan. Oleh karena itu,
jenis ini bersifat urban, bertolak belakang
dengan A. albopictus yang
cenderung berada di daerah hutan berpohon rimbun (sylvan areas).
3. Patogenis
DBD
Berdasarkan data yang ada, terdapat bukti yang kuat bahwa
mekanisme imunopatologis berperan dalam terjadinya demam berdarah dengue dan
sindrom renjatan dengue.
respon imun yang diketahui
berperan dalam patogenesis DBD adalah:
1.
Respon imun humoral
berupa pembentukan antibodi yang berperan dalam proses netralisasi virus,
sitolisis yang dimediasi oleh komplemen dan sitotoksisitas yang dimediasi oleh
antibodi. Antibodi terhadap virus dengue berperan dalam mempercepat replikasi
virus pada monosit atau makrofag. Ini yang disebut dengan antibody
dependent enhancement (ADE).
2.
Limfosit T baik
T-helper (CD4) dan T sitotoksik (CD8) berperan dalam respon imun seluler
terhadap virus dengue. Diferensiasi T helper yaitu TH1 akan memproduksi interferon
gamma, IL-2 dan limfokin, sedangkan TH2 memproduksi IL-4, IL-5, IL6 dan IL-10
3.
Monosit dan makrofag
berperan dalam fagositosis virus dengan opsonisasi antibodi. Namun proses
fagositosis ini menyebabkan peningkatan replikasi virus dan sekresi sitokin
oleh makrofag
4.
Selain itu terjadi
juga aktivasi komplemen oleh kompleks imun.
Halstead pada tahun 1973 mengajukan
hipotesis secondary heterologous infection yang menyatakan
bahwa DBD terjadi bila seseorang terinfeksi ulang virus dengue dengan tipe yang
berbeda. Re-infeksi menyebabkan reaksi anamnestik antibodi sehingga
mengakibatkan konsentrasi kompleks imun meninggi.
Kurane dan Ennis (1994) merangkum pendapat
Halstead dan peneliti lain; menyatakan bahwa infeksi virus dengue menyebabkan
aktivasi makrofag yang memfagositosis kompleks virus-antibodi non netralisasi
sehingga virus bereplikasi di dalam makrofag. Terjadinya infeksi makrofag
menyebabkan aktivasi Th dan Ts sehingga diproduksi limfokin dan interferon
gamma. Interferon gamma akan mengaktivasi monosit sehingga disekresi berbagai
mediator inflamasi seperti TNF alfa, IL-1, PAF, IL-6 dan histamin yang
mengakibatkan terjadinya disfungsi endotel dan terjadi kebocoran plasma. Ini
juga diperkuat oleh peningkatan C3a dan C5a.
4. Penularan
DBD
DBD dapat dengan mudah
menular melalui vektor penularnya, yakni nyamuk Aedes aegypti melalui gigitannya. Meskipun
nyamuk Aedes albopictus
dapat menularkan DBD tetapi peranannya dalam penyebaran penyakit sangat kecil,
karena biasanya hidup di kebun-kebun. Seminggu setelah digigit oleh nyamuk Aedes aegypti yang mengandung
virus dengue, maka orang tersebut akan jatuh sakit demam berdarah, atau dapat
juga tetap sehat tetapi menjadi carrier
(sumber penular dengan menyimpan virus dengue).
Karena nyamuk yang
menggigit orang yang darahnya mengandung virus dengue, sepanjang nyamuk
tersebut hidup akan tetap mengandung virus dengue dan setiap saat dapat
ditularkan kepada orang lain melalui gigitannya pula (menggigit pada siang
hari).
5. Gejala
DBD
1)
Demam
tinggi yang mendadak 2 – 7 hari ( 38 – 40 derajat Celsius ).
2)
Pada pemeriksaan uji tourniquet, tampak adanya
jentik (puspura) perdarahan.
3)
Terjadi
pembesaran hati ( Hepatomegali ).
4)
Tekanan
darah menurun sehingga menyebabkan syok.
5)
Terjadi
penurunan trombosit di bawah 100.000 / mm3 (Trombositopeni)
6)
timbulnya
beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual,muntah penurunan nafsu makan
( anoreksia ),sakit perut diare,menggigil kejang, sakit kepala, mimisan (
epitaksis ) pada hidung dan gusi, feces berlendir dan campur darah ( malena ).
7)
Demam
yang di rasakan penderita menyebabkan pegal / sakit pada persendian.
8)
Munculnya
bintik – bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah
9)
Pada
kasus berat gejala klinis di tambah dengan terjadinya akumulasi cairan pada
rongga tubuh
6. Pemeriksaan
Tes DBD
Alat tes Demam Berdarah IgG / IgM adalah suatu
pengujian untuk penetapan kadar fasa-padat immunochromatographic untuk
pendeteksian diferensial dan kwalitatif cepat zat darah IgG dan IgM terhadap
virus demam berdarah di dalam serum manusia atau plasma. Test ini dimaksudkan
untuk mengetahui hasil diagnosa primer dan infeksi/peradangan demam berdarah
sekunder. Test ini hanya memberikan hasil percobaan pada tahap awal. Oleh
karena itu, pengasingan virus, pendeteksian antigen di dalam
jaringan/tisu-jaringan/tisu yang ditetapkan, diperbaiki, RT-PCR dan serological
test seperti haemagglutination-inhibition test, metoda hasil diagnosa
alternatif yang lebih spesifik harus digunakan untuk memperoleh penyebab
infeksi virus demam berdarah.
Alat test uji Demam Berdarah IgG / IgM
mempunyai 3 garis yang dilapisi, "G" (Demam Berdarah IgG -garis
hasil-), "M" (Demam Berdarah IgM -garis hasil-) dan "C"
(Garis kontrol). Ketiga bentuk tersebut digunakan untuk melihat hasil dari
pengujian. " Garis Kontrol " digunakan untuk kendali prosedural.
Garis kontrol akan muncul jika prosedur ujian dilaksanakan dengan baik dan
bahan reaksi ujian dari garis kontrol juga bekerja. Jika alat test uji berwarna
ungu di daerah "G" dan "M" maka hasil menunjukkan bahwa ada
virus Dengue didalam zat darah penyerang kuman IgG atau IgM. Jika alat test
tidak menunjukkan adanya warna berarti zat darah penyerang kuman IgG atau IgM
tidak mengandung virus Dengue.
Ketika suatu spesimen ditambahkan dengan baik, IgG atau IgM di dalam contoh spesimen mengikat kepada anti manusia IgG atau IgM zat darah penyerang kuman menghentikan dalam dua bentuk ke seberang selaput ujian. Jika imunoglobulin-imunoglobulin demam berdarah spesifik dari IgG atau IgM hadir di dalam contoh, kompleks emas koloidal yang berisi antigen demam berdarah yang ditangkap oleh batas, IgG atau IgM pasien memberi bentuk yang terlihat warnanya
Ketika suatu spesimen ditambahkan dengan baik, IgG atau IgM di dalam contoh spesimen mengikat kepada anti manusia IgG atau IgM zat darah penyerang kuman menghentikan dalam dua bentuk ke seberang selaput ujian. Jika imunoglobulin-imunoglobulin demam berdarah spesifik dari IgG atau IgM hadir di dalam contoh, kompleks emas koloidal yang berisi antigen demam berdarah yang ditangkap oleh batas, IgG atau IgM pasien memberi bentuk yang terlihat warnanya
· Kegunaan
:
Pemeriksaaan IgG/IgM adalah suatu
tes cepat dengan teknik pengujian
Immunochromatographic untuk mendeteksi secara kualitatif sekaligus membedakan
antibodi IgG dan IgM terhadap virus dengue didalam serum. Pada infeksi primer
Antibodi IgM muncul pada hari ke 3-5 sejak gejala dan bertahan untuk jangka
waktu 30-60 hari. Antibodi IgG muncul
disekitar hari ke 14 dan bertahan seumur hidup. Infeksi dengue sekunder
ditunjukkan dengan tingkat antibodi IgG meningkat dalam 1-2 hari setelah gejala
muncul dan merangsang respon antibodi IgM setelah 20 hari Infeksi.
· Prinsip :
Dengue
Dx IgG/IgM Rapid Tes dirancang untuk secara simultan mendeteksi sekaligus
membedakan antibodi IgG dan IgM terhadap virus dengue. Tes ini juga dapat
mendeteksi ke empat serotype virus dengue karena menggunakan suatu paduan antigen recombinant dengue envelope proteins
Dengue Dx IgG/IgM tes memiliki tiga garis
pre-coated pada permukaan membran. Garis tes dengue IgG (G), garis tes
dengue IgM (M), dan garis kontrol (C). Ketiga garis ini terletak dibagian
jendela hasil dan tidak akan terlihat sebelum sebelum dilakukan penambahan
sampel. Garis kontrol C digunakan sebagai kontrol prosedur. Garis ini selalu
muncul jika prosedur tes dilakukan dengan benar dan reagen dalam kondisi
baik. Garis “G” dan “M” akan terlihat pada jendela hasil
jika terdapat antobodi IgG dan IgM terhadap virus dengue dalam sampel. Jika
tidak terdapat antibodi, maka tidak akan
terbentuk garis “G” atau “M”Ketika sampel diteteskan kedalam sumur (well)
sampel (S) dan diikuti dengan penambahan buffer diluent, maka sampel dan antibody-gold conjugate akan bergerak
sepanjang membrane, yang selanjutnya akan ditangkap oleh anti human IgG dan atau anti-human IgM membentuk
garis berwarna.
· Alat dan Bahan
serum
delluent
kit igm/igg
· Cara Kerja
1.
Taruh alat test di
wadah yang kering.
2.
Tambahkan 5 ul dari serum
atau plasma yang menggunakan 5 pipet ul atau mikropipet kapiler ke dalam contoh
yang bujur sangkar well(s).
3.
Tambahkan 2 tetes deluuent pada lubang d
4.
Interpretasikan hasil
percobaan pada 15-20 menit.
·
Iterprestasi Hail
o
IgM Positif
Jika ada warna di garis kendali (C) dan IgM garis (M) maka darah
positif terkena penyakit Demam Berdarah.
o
IgG Positif
Jika ada warna di
garis kendali (C) dan IgG garis (G) maka zat darah positif terserang kuman IgG.
Hal ini menunjukkan adanya infeksi/peradangan demam berdarah yang lampau atau
yang sekunder.
o
IgG & IgM Positif
Jika ada warna garis
kendali (C), IgM (M) dan IgG garis (G) maka zat darah positif terserang kuman
IgM dan IgG. Hal ini menunjukkan adanya sifat primer atau awal
infeksi/peradangan demam berdarah yang sekunder.
o
Negatif
Jika garis control yang terlihat di alat test tidak ada antibody IgG & IgM terdeteksi. Ulangi test dalam 3-5 hari jika terindikasi infeksi demam berdarah.
Jika garis control yang terlihat di alat test tidak ada antibody IgG & IgM terdeteksi. Ulangi test dalam 3-5 hari jika terindikasi infeksi demam berdarah.
o
Invalid
Jika pada garis kontrol “C” tidak ada yang muncul. Kemungkinan Volume spesimen yang tidak cukup atau salah teknik procedural. Dan ini merupakan pertimbangan yang hampir bisa dipastikan untuk kegagalan garis kontrol. Ulangi test menggunakan suatu alat test yang baru.
Jika pada garis kontrol “C” tidak ada yang muncul. Kemungkinan Volume spesimen yang tidak cukup atau salah teknik procedural. Dan ini merupakan pertimbangan yang hampir bisa dipastikan untuk kegagalan garis kontrol. Ulangi test menggunakan suatu alat test yang baru.
·
Hasil pemeriksaan DBD
dari Beberapa Sampel
Nama
|
Tgl Pengambilan
|
Hasil
|
Fardin
|
Selasa 6/11/2012
|
Negatif (-)
|
Sulfi
|
Selasa 6/11/2012
|
Negatif (-)
|
Harman
|
Selasa 6/11/2012
|
Negatif(-)
|
Priman
|
Senin 19/11/2012
|
Negatif (-)
|
Khusnul
|
Senin 19/11/2012
|
Negatif (-)
|
Purwanto
|
Senin 19/11/2012
|
Negatif (-)
|
Eka
|
Senin 19/11/2012
|
Negatif (-)
|
Ardhiyah
|
Senin 19/11/2012
|
Negatif
|
·
Peringatan dalam test dengue
1)
Tes
ini hanya digunakan satu kali pakai
2)
Petunjuk
harus diikuti secara tepat untuk mendapatkan hasil yang akurat.
3)
Jangan
makan atau merokok sewaktu menangani sampel
4)
Pakailah
sarung tangan pelindung sewaktu menangani sampel. Cuci tangan
5)
dengan
sempurna setelah itu
6)
Jangan
gunakan kembali Disposable dropper yang telah terpakai
7)
Hindari
percikan atau pembentukan aerosol
8)
Bersihkan
tumpahan dengan seksama menggunakan desinfektan yang sesuai
9)
Desinfeksikan
dan buang semua spesimen, kit dan bahan lain yang berpotensi
10) menular kedalam kantong khusus biohazard
11) Jangan gunakan tes jika kantong tes telah
rusak
·
Cara
Penyimpanan untuk Stabiltas Kit.
1)
Untuk hasil terbaik, ikuti petunjuk penggunaan
secara tepat
2)
Semua spesimen harus diperlakukan sebagai
bahan yang berpotensi mudah menular.
3)
Simpan
tes pada suhu 1-30°C.
4)
Tes sangat sensitif terhadap kelembapan dan
suhu panas
5)
Jangan membuka atau memindahkan tes dari
kantongnya sebelum digunakan.
6)
Jangan
gunakan tes yang telah kadaluarsa. Batas kadaluarsa tertera di bagian luar
kemasan
7)
Jangan
gunakan tes jika kantong atau seal kemasan rusak.
8)
Jangan
campur komponen kit yang berasal dari lot yang berbeda beda.
9)
Larutan diluent mengandung pengawet sodium azide konsentrasi rendah. Perlakukan
secara hati-hati jangan tertelan dan hindarkan terjadinya kontak
·
Pengambilan
dan Penyimpanan sampel
Sampel yang digunakan pada pemeriksaan
ini adalah Serum. Berikut tata cara pengambilan sample, penyimpanan, dan
Tindakan pencegahan .
1)
Kumpulkan
darah vena kedalam tabung reaksi (TIDAK mengandung antikoagulan seperti
heparin, EDTA dan sodium citrate),
diamkan selama 30 menit hingga darah membeku dan kemudian lakukan sentrifuge dengan kecepatan 1500-2000 rpm
selama 15-20 menit hingga didapatkan sampel serum.
2)
Jika sampel serum tidak segera digunakan,
simpan sampel pada suhu 2-8° C. Untuk
penyimpanan lebih dari 3 hari, sampel dianjurkan disimpan pada suhu beku dan
saat akan digunakan, adaptasikan terlebih dahulu pada suhu kamar
3)
Sampel
serum yang mengandung endapan (precipitate) dapat memberikan hasil yang tidak
konsisten.
·
Spesifikasi
o
Spesimen: darah Utuh / Serum / Plasma
o
Deteksi: IgM & IgG
o
Volume: 1 tetes (1ml) spesimen dan 2 tetes
pengencer sampel
o
Membaca Waktu: 15 menit
o
Sencitifity:> 95%
o
Spesifisitas:> 95%
o
Berdasarkan: immunochromatography berbasis
Satu Langkah di Vitro Diagnostik
o
Perangkat: 25 Test / Kit
7. Pengendalian
DBD
Pencegahan dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk
diwaktu pagi sampai sore, karena nyamuk aedes aktif di siang hari (bukan malam
hari). Misalnya hindarkan berada di lokasi yang banyak nyamuknya di siang hari,
terutama di daerah yang ada penderita DBD nya. Beberapa cara yang paling
efektif dalam mencegah penyakit DBD melalui metode pengontrolan atau
pengendalian vektornya adalah :
a.
Pada Larva / jentik nyamuk:
1)
dilakukan dengan cara menjaga sanitasi /
kebersihan lingkungan yaitu pada umumnya 3M: Menguras dan menyikat dinding bak
penampungan air kamar mandi; karena jentik / larva nyamuk demam berdarah
(Aedest Aegypti) akan menempel pada dinding bak penampungan air setelah dikuras
dengan ciri-ciri berwarna kehitam-hitaman pada dinding, hanya dengan menguras
tanpa menyikat dinding maka jentik / larva nyamuk demam berdarah (Aedest
Aegypti) tidak akan mati karena mampu hidup dalam keadaan kering tanpa air
sampai dengan 6 (enam) bulan, jadi setelah dikuras diding tersebut harus
disikat. Menutup rapat – rapat bak – bak penampungan air
2)
dilakukan dengan cara pencegahan preventive
yaitu memelihara ikan pada tempat penampungan air
b.
Pada
Nyamuk Dewasa :
1)
Dengan memasang kasa nyamuk atau screening
yang berfungsi untuk pencegahan agar nyamuk dewasa tidak dapat mendekat pada
linkungan sekitar kita.
2)
Dengan menggunkan Insect Light Killer yaitu perangkap
untuk nyamuk yang menggunakan lampu sebagai bahan penariknya (attractan) dan
untuk membunuhnya dengan mengunakan aliran listrik. Cara kerja tersebut sama
dengan Electric Raket.
a.
Pada Larva / jentik nyamuk:
Yaitu
dikakukan dengan menaburkan bubuk larvasida atau yang biasa disebut dengan
ABATE Untuk tempat-tempat air yang tidak mungkin atau sulit dikuras, taburkan
bubuk ABATE ke dalam genangan air tersebut untuk membunuh jentik-jentik nyamuk.
Ulangi hal ini setiap 2-3 bulan sekali. Selama 3 bulan bila tempat penampungan
air tersebut akan dibersihkan/diganti airnya, hendaknya jangan menyikat bagian
dalam dinding tempat penampungan air tersebut Air yang telah dibubuhi ABATE
dengan takaran yang benar, tidak membahayakan dan tetap aman bila air tersebut
diminum yang mana Takaran penggunaan bubuk ABATE adalah sebagai berikut :Untuk
10 liter air, ABATE yang diperlukan = (100/10) x 1 gram = 10 gram ABATE.Untuk
menakar ABATE digunakan sendok makan. Satu sendok makan peres berisi 10 gram
ABATE.
b.
Pada
Nyamuk Dewasa :
1)
Dilakukan Space Treatment : Pengasapan
(Fogging) dan Pengkabutan (Ultra Low Volume) dengan insectisida yang bersifat
knock down mampun menekan tingkat populasi nyamuk dengan cepat.
2)
Dilakukan Residual treatment : Penyemprotan
(Spraying) pada tempat hinggapnya nyamuk biasanya bekisaran antara 0 – 1 meter
diatas permukaan lantai bangunan.
3)
Dengan memasang obat nyamuk bakar maupun
obant nyamuk semprot yang siap pakai dan bisa juga memakai obat oles anti
nyamuk yang memberikan daya fungsi menolak (repellent) pada nyamuk yang akan
mendekat.
Adapun beberapa upaya untuk menurunkan, menekan dan mengendalikan nyamuk
dengan cara pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut:
a.
Modifikasi Lingkungan
Yaitu setiap
kegiatan yang mengubah fisik lingkungan secara permanen agar tempat perindukan
nyamuk hilang. Kegiatan ini termasuk penimbunan, pengeringan, pembuatan
bangunan (pintu, tanggul dan sejenisnya) serta pengaturan sistem pengairan
(irigasi). Kegiatan ini di Indonesia populer dengan nama kegiatan pengendalian
sarang nyamuk ”3M” yaitu dari kata menutup, menguras dan menimbun berbagai
tempat yang menjadi sarang nyamuk.
b.
Manipulasi Lingkungan
Yaitu
suatu bentuk kegiatan untuk menghasilkan suatu keadaan sementara yang tidak
menguntungkan bagi keberadaan nyamuk seperti pengangkatan lumut dari laguna,
pengubahan kadar garam dan juga sistem pengairan secara berkala di bidang
pertanian.
c.
Mengubah atau Memanipulasi Tempat Tinggal dan
Tingkah Laku
Yaitu
kegiatan yang bertujuan mencegah atau membatasi perkembangan vektor dan
mengurangi kontak dengan manusia. Pendekatan ini dilakukan dengan cara
menempatkan dan memukimkan kembali penduduk yang berasal dari sumber nyamuk
(serangga) penular penyakit, perlindungan perseorangan (personal protection),
pemasangan rintangan-rintangan terhadap kontak dengan sumber serangga vektor,
penyediaan fasilitas air, pembuangan air, sampah dan buangan lainnya.
d.
Pengendalian Hayati
Yaitu
cara lain untuk pengendalian non kimiawi dengan memanfaatkan musuh-musuh alami
nyamuk. Pelaksanaan pengendalian ini memerlukan pengetahuan dasar yang memadai
baik mengenai bioekologi, dinamika populasi nyamuk yang akan dikendalikan dan
juga bioekologi musuh alami yang akan digunakan. Dalam pelaksanaanya metode ini
lebih rumit dan hasilnyapun lebih lambat terlihat dibandingkan dengan
penggunaan insektisida. Pengendalian hayati baru dapat memperlihatkan hasil
yang optimal jika merupakan bagian suatu pengendalian secara terpadu.
e.
Musuh alami yang yang digunakan dalam
pengendalian hayati adalah predator, patogen dan parasit.
1)
Predator
Adalah
musuh alami yang berperan sebagai pemangsa dalam suatu populasi nyamuk.
Contohnya beberapa jenis ikan pemakan jentik atau larva nyamuk.Ikan pemakan
jentik nyamuk yang telah lama digunakan sebagai pengendali nyamuk adalah ikan
jenis guppy dan ikan kepala timah. Jenis ikan lain yang dikembangkan adalah
ikan mas, mujahir dan ikan nila di persawahan. Selain ikan dikenal pula larva
nyamuk yang bersifat predator yaitu jentik nyamuk Toxorrhynchites yang
ukurannya lebih besar dari jentik nyamuk lainnya ( sekitar 4-5 kali ukuran
larva nyamuk Aedes aegypti). Di beberapa negara pemanfaatan larva
Toxorrhynchites telah banyak dilakukan dalam rangkaian usaha memberantas nyamuk
demam berdarah secara tepadu.a
2)
Patogen
Merupakan
jasad renik yang bersifat patogen terhadap jentik nyamuk. Sebagai contoh adalah
berbagai jenis virus (seperti virus yang bersifat cytoplasmic polyhedrosis),
bakteri (seperti Bacillus thuringiensis subsp.israelensis, B. sphaericus),
protozoa (seperti Nosema vavraia, Thelohania) dan fungi (seperti Coelomomyces,
Lagenidium, Culicinomyces)
3)
Parasit
Yaitu
mahluk hidup yang secara metabolisme tergantung kepada serangga vektor dan
menjadikannya sebagai inang. Contohnya adalah cacing Nematoda seperti
Steinermatidae (Neoplectana), Mermithidae (Romanomermis) dan Neotylenchidae
(Dalandenus) yang dapat digunakan untuk mengendalikan populasi jentik nyamuk
dan serangga pengganggu kesehatan lainnya. Nematoda ini memerlukan serangga
sebagai inangnya, masuk ke dalam rongga tubuh, merusak dinding dan jaringan
tubuh serangga tersebut. Jenis cacing Romanomermis culiciforax merupakan contoh
yang sudah diproduksi secara komersial untuk mengendalikan nyamuk. Meskipun
demikian pemanfaatan spesies Nematoda sampai saat ini masih terbatas pada
daerah-daerah tertentu karena sebaran spesiesnya terbatas, hanya menyerang pada
fase dan spesies serangga tertentu dan memerlukan dasar pengetahuan bioekologi
yang kuat.
8. Pengobatan
Fokus pengobatan pada penderita penyakit
DBD adalah mengatasi perdarahan, mencegah atau mengatasi keadaan syok /
persyok, yaitu dengan mengusahakan agar penderita banyak minum sekitar 1,5
sampai 2 liter air dalam 24 jam (air teh dan gula sirup atau susu) penambahan
cairan tubuh melalui infus (intravena) mungkinb di perlukan untuk mencegah
dehidrasi dan hemokonsentrasi yang berlebihan. Transfusi platelet di lakukan
jika jumlah platelet menurun drastis. Terhadap keluhan yang timbul, selanjutnya
adalah pemberian obat – obatan misalnya :
·
Parasetamol
membantu menurunkan demam
·
Garam
elektrolit (oralit) jika di sertai diare
·
Antibiotik
berguna untuk mencegah infeksi sekunder, lakukan kompres dingin, tidak perlu dengan
es karena bisa berdampak syok. dapat mengembalikan cairan intravena dan
peningkatan nilai trombosit darah.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Penyebaran penyakit
DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus,
sehingga pada wilayah yang sudah diketahui adanya serangan penyakit DBD akan
mungkin ada penderita lainnya bahkan akan dapat menyebabkan wabah yang luar
biasa bagi penduduk disekitarnya.
Pencegahan dilakukan
dengan menghindari gigitan nyamuk diwaktu pagi sampai sore, karena nyamuk aedes
aktif di siang hari (bukan malam hari). Misalnya hindarkan berada di lokasi
yang banyak nyamuknya di siang hari, terutama di daerah yang ada penderita DBD
nya.
Fokus pengobatan pada
penderita penyakit DBD adalah mengatasi perdarahan, mencegah atau mengatasi
keadaan syok atau presyok, yaitu dengan mengusahakan agar penderita banyak
minum sekitar 1,5 sampai 2 liter air dalam 24 jam (air teh dan gula sirup atau
susu).
B.
Saran
Beberapa ada cara yang
paling efektif dalam mencegah penyakit DBD melalui metode pengontrolan atau
pengendalian vektornya adalah:
a)
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat,
modifikasi tempat. perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan
perbaikan desain rumah.
b)
Pemeliharaan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang) pada
tempat air kolam, dan bakteri (Bt.H-14).
c)
Pengasapan atau fogging (dengan menggunakan malathion dan
fenthion).
d)
Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan
air seperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.
0 komentar