Rabu, 01 Mei 2013

dbd


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Penyakit Demam Berdarah Dengue ( DBD ) merupakan penyakit endemis di Indonesia dan sampai saat ini masih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Penyakit Demam Berdarah disebabkan oleh infeksi virus Dengue yang akut dan ditandai dengan panas mendadak selama 2 – 7 hari tanpa sebab yang jelas disertai dengan manifestasi perdarahan, seperti petekie, epistaxis kadang disertai muntah darah, berak darah, kesadaran menurun, dan syock
Penyakit Demam Berdarah atau Dengue Hemorragik Fever (DHF) ialah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut. Merebaknya kasus DBD ini menimbulkan reaksi dari berbagai kalangan. Sebagian menganggap hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran akan kebersihan lingkungan dan sebagian lagi menganggap karena pemerintah lambat dalam mengantisipasi dan merespon kasus ini .

B.       Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk member pengetahuan kepada kita semua tentang untuk mengetahui :
1.       Penyebaba Demam Berdarah
2.       Gejala Demam berdarah
3.       Pengobatan terhadap demam berdarah
4.       Pencegahan terhadap demam berdarah
5.       Pemeriksaan demam berdarah.
BAB II
PEMBAHASAN
1.       Defenisi
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) {bahasa medisnya disebut Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)} adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dengan genusnya adalah favivirus. Virus ini mempunyai empat serotipe yang di kenal dengan DEN- 1, DEN- 2, DEN- 3, dan DEN- 4, yang di tularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang mana menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan – perdarahan.

2.       Vektor Penyakit Demam Berdarah
Klasifikasi
Kerajaan : Animalia.
Filum : Arthropoda,
Kelas : Insecta
Ordo ; Diptera.
 Famili : Culicidae
Genus ; Aedes
 spesies ; aedea aegeypti
Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. Selain dengue, A. aegypti juga merupakan pembawa virus demam kuning (yellow fever) dan chikungunya. Penyebaran jenis ini sangat luas, meliputi hampir semua daerah tropis di seluruh dunia. Sebagai pembawa virus dengue, A. aegypti merupakan pembawa utama (primary vector) dan bersama Aedes albopictus menciptakan siklus persebaran dengue di desa dan kota. Mengingat keganasan penyakit demam berdarah, masyarakat harus mampu mengenali dan mengetahui cara-cara mengendalikan jenis ini untuk membantu mengurangi persebaran penyakit demam berdarah.
·         Morfologi
Nyamuk
Pupa
Larva
Telur

http://t0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSwunSaJNMJM-dA_cjJbwlZCtIhZVjW2ChjVWkpHkM944QlhQd1


Keterangan
o   Telur Aedes diletakkan pada bagian yang berdekatan dengan permukaan air atau menempel pada permukaan benda yang terapung. 
o   Jentik nyamuk Aedes Aegypti memiliki rambut abdomen dan pada stadium ini jentik membentuk sudut dan terdapat alat untuk menghisap oksigen.
o   Stadium pupa pada nyamuk Aedes berada dibawah permukaan air dengan melingkarkan badannya. Ekor pupa agak lurus dengan kepala melingkar dan menempel dibadannya namun tidak bertemu dengan ekor.
o   Nyamuk dewasa memiliki ukuran sedang dengan tubuh berwarna hitam kecoklatan.
o   Nyamuk ini hidup didalam dan di sekita rumah, dan memiliki kebiasaan menghisap pada siang hari.

·         Perilaku Hidup
Aedes aegypti bersifat diurnal atau aktif pada pagi hingga siang hari. Penularan penyakit dilakukan oleh nyamuk betina karena hanya nyamuk betina yang mengisap darah. Hal itu dilakukannya untuk memperoleh asupan protein yang diperlukannya untuk memproduksi telur. Nyamuk jantan tidak membutuhkan darah, dan memperoleh energi dari nektar bunga ataupun tumbuhan. Jenis ini menyenangi area yang gelap dan benda-benda berwarna hitam atau merah. Demam berdarah kerap menyerang anak-anak karena anak-anak cenderung duduk di dalam kelas selama pagi hingga siang hari dan kaki mereka yang tersembunyi di bawah meja menjadi sasaran empuk nyamuk jenis ini..
Nyamuk dewasa betina mengisap darah manusia pada siang hari yang dilakukan baik di dalam rumah ataupun luar rumah. Pengisapan darah dilakukan dari pagi sampai petang dengan dua puncak yaitu setelah matahari terbit (08.00-10.00) dan sebelum matahari terbenam (15.00-17.00) (Srisasi G et al., 2000).
Infeksi virus dalam tubuh nyamuk dapat mengakibatkan perubahan perilaku yang mengarah pada peningkatan kompetensi vektor, yaitu kemampuan nyamuk menyebarkan virus. Infeksi virus dapat mengakibatkan nyamuk kurang handal dalam mengisap darah, berulang kali menusukkan proboscis nya, namun tidak berhasil mengisap darah sehingga nyamuk berpindah dari satu orang ke orang lain. Akibatnya, risiko penularan virus menjadi semakin besar.
Di Indonesia, nyamuk A. aegypti umumnya memiliki habitat di lingkungan perumahan, di mana terdapat banyak genangan air bersih dalam bak mandi ataupun tempayan. Oleh karena itu, jenis ini bersifat urban, bertolak belakang dengan A. albopictus yang cenderung berada di daerah hutan berpohon rimbun (sylvan areas).

3.       Patogenis DBD
Berdasarkan data yang ada, terdapat bukti yang kuat bahwa mekanisme imunopatologis berperan dalam terjadinya demam berdarah dengue dan sindrom renjatan dengue.
http://blogkputih.files.wordpress.com/2012/05/dhf1.png?w=640&h=440
              respon imun yang diketahui berperan dalam patogenesis DBD adalah:
1.    Respon imun humoral berupa pembentukan antibodi yang berperan dalam proses netralisasi virus, sitolisis yang dimediasi oleh komplemen dan sitotoksisitas yang dimediasi oleh antibodi. Antibodi terhadap virus dengue berperan dalam mempercepat replikasi virus pada monosit atau makrofag. Ini yang disebut dengan antibody dependent enhancement (ADE).
2.    Limfosit T baik T-helper (CD4) dan T sitotoksik (CD8) berperan dalam respon imun seluler terhadap virus dengue. Diferensiasi T helper yaitu TH1 akan memproduksi interferon gamma, IL-2 dan limfokin, sedangkan TH2 memproduksi IL-4, IL-5, IL6 dan IL-10
3.    Monosit dan makrofag berperan dalam fagositosis virus dengan opsonisasi antibodi. Namun proses fagositosis ini menyebabkan peningkatan replikasi virus dan sekresi sitokin oleh makrofag
4.    Selain itu terjadi juga aktivasi komplemen oleh kompleks imun.
Halstead pada tahun 1973 mengajukan hipotesis secondary heterologous infection yang menyatakan bahwa DBD terjadi bila seseorang terinfeksi ulang virus dengue dengan tipe yang berbeda. Re-infeksi menyebabkan reaksi anamnestik antibodi sehingga mengakibatkan konsentrasi kompleks imun meninggi.
http://blogkputih.files.wordpress.com/2012/05/dengue1.gif?w=320&h=228
Kurane dan Ennis (1994) merangkum pendapat Halstead dan peneliti lain; menyatakan bahwa infeksi virus dengue menyebabkan aktivasi makrofag yang memfagositosis kompleks virus-antibodi non netralisasi sehingga virus bereplikasi di dalam makrofag. Terjadinya infeksi makrofag menyebabkan aktivasi Th dan Ts sehingga diproduksi limfokin dan interferon gamma. Interferon gamma akan mengaktivasi monosit sehingga disekresi berbagai mediator inflamasi seperti TNF alfa, IL-1, PAF, IL-6 dan histamin yang mengakibatkan terjadinya disfungsi endotel dan terjadi kebocoran plasma. Ini juga diperkuat oleh peningkatan C3a dan C5a.

4.       Penularan DBD
DBD dapat dengan mudah menular melalui vektor penularnya, yakni nyamuk Aedes aegypti melalui gigitannya. Meskipun nyamuk Aedes albopictus dapat menularkan DBD tetapi peranannya dalam penyebaran penyakit sangat kecil, karena biasanya hidup di kebun-kebun. Seminggu setelah digigit oleh nyamuk Aedes aegypti yang mengandung virus dengue, maka orang tersebut akan jatuh sakit demam berdarah, atau dapat juga tetap sehat tetapi menjadi carrier (sumber penular dengan menyimpan virus dengue).
Karena nyamuk yang menggigit orang yang darahnya mengandung virus dengue, sepanjang nyamuk tersebut hidup akan tetap mengandung virus dengue dan setiap saat dapat ditularkan kepada orang lain melalui gigitannya pula (menggigit pada siang hari).

5.       Gejala DBD
http://www.gamatluxorbanjarmasin.com/wp-content/uploads/2012/07/dbd.gif
1)      Demam tinggi yang mendadak 2 – 7 hari ( 38 – 40 derajat Celsius ).
2)       Pada pemeriksaan uji tourniquet, tampak adanya jentik (puspura) perdarahan.
3)      Terjadi pembesaran hati ( Hepatomegali ).
4)      Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.
5)      Terjadi penurunan trombosit di bawah 100.000 / mm3 (Trombositopeni)
6)      timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual,muntah penurunan nafsu makan ( anoreksia ),sakit perut diare,menggigil kejang, sakit kepala, mimisan ( epitaksis ) pada hidung dan gusi, feces berlendir dan campur darah ( malena ).
7)      Demam yang di rasakan penderita menyebabkan pegal / sakit pada persendian.
8)      Munculnya bintik – bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah
9)      Pada kasus berat gejala klinis di tambah dengan terjadinya akumulasi cairan pada rongga tubuh



6.       Pemeriksaan Tes DBD
Alat tes Demam Berdarah IgG / IgM adalah suatu pengujian untuk penetapan kadar fasa-padat immunochromatographic untuk pendeteksian diferensial dan kwalitatif cepat zat darah IgG dan IgM terhadap virus demam berdarah di dalam serum manusia atau plasma. Test ini dimaksudkan untuk mengetahui hasil diagnosa primer dan infeksi/peradangan demam berdarah sekunder. Test ini hanya memberikan hasil percobaan pada tahap awal. Oleh karena itu, pengasingan virus, pendeteksian antigen di dalam jaringan/tisu-jaringan/tisu yang ditetapkan, diperbaiki, RT-PCR dan serological test seperti haemagglutination-inhibition test, metoda hasil diagnosa alternatif yang lebih spesifik harus digunakan untuk memperoleh penyebab infeksi virus demam berdarah.
     Alat test uji Demam Berdarah IgG / IgM mempunyai 3 garis yang dilapisi, "G" (Demam Berdarah IgG -garis hasil-), "M" (Demam Berdarah IgM -garis hasil-) dan "C" (Garis kontrol). Ketiga bentuk tersebut digunakan untuk melihat hasil dari pengujian. " Garis Kontrol " digunakan untuk kendali prosedural. Garis kontrol akan muncul jika prosedur ujian dilaksanakan dengan baik dan bahan reaksi ujian dari garis kontrol juga bekerja. Jika alat test uji berwarna ungu di daerah "G" dan "M" maka hasil menunjukkan bahwa ada virus Dengue didalam zat darah penyerang kuman IgG atau IgM. Jika alat test tidak menunjukkan adanya warna berarti zat darah penyerang kuman IgG atau IgM tidak mengandung virus Dengue.
Ketika suatu spesimen ditambahkan dengan baik, IgG atau IgM di dalam contoh spesimen mengikat kepada anti manusia IgG atau IgM zat darah penyerang kuman menghentikan dalam dua bentuk ke seberang selaput ujian. Jika imunoglobulin-imunoglobulin demam berdarah spesifik dari IgG atau IgM hadir di dalam contoh, kompleks emas koloidal yang berisi antigen demam berdarah yang ditangkap oleh batas, IgG atau IgM pasien memberi bentuk yang terlihat warnanya

·      Kegunaan :
Pemeriksaaan IgG/IgM adalah suatu tes  cepat dengan teknik pengujian Immunochromatographic untuk mendeteksi secara kualitatif sekaligus membedakan antibodi IgG dan IgM terhadap virus dengue didalam serum. Pada infeksi primer Antibodi IgM muncul pada hari ke 3-5 sejak gejala dan bertahan untuk jangka waktu 30-60 hari.  Antibodi IgG muncul disekitar hari ke 14 dan bertahan seumur hidup. Infeksi dengue sekunder ditunjukkan dengan tingkat antibodi IgG meningkat dalam 1-2 hari setelah gejala muncul dan merangsang respon antibodi IgM setelah 20 hari Infeksi.
·      Prinsip :
                       Dengue Dx IgG/IgM Rapid Tes dirancang untuk secara simultan mendeteksi sekaligus membedakan antibodi IgG dan IgM terhadap virus dengue. Tes ini juga dapat mendeteksi ke empat serotype virus dengue karena menggunakan suatu paduan  antigen recombinant dengue envelope proteins Dengue Dx IgG/IgM tes memiliki tiga garis  pre-coated pada permukaan membran. Garis tes dengue IgG (G), garis tes dengue IgM (M), dan garis kontrol (C). Ketiga garis ini terletak dibagian jendela hasil dan tidak akan terlihat sebelum sebelum dilakukan penambahan sampel. Garis kontrol C digunakan sebagai kontrol prosedur. Garis ini selalu muncul jika prosedur tes dilakukan dengan benar dan reagen dalam kondisi baik.  Garis  “G” dan “M” akan terlihat pada jendela hasil jika terdapat antobodi IgG dan IgM terhadap virus dengue dalam sampel. Jika tidak terdapat  antibodi, maka tidak akan terbentuk garis “G” atau “M”Ketika sampel diteteskan kedalam sumur (well) sampel (S) dan diikuti dengan penambahan buffer diluent, maka sampel dan  antibody-gold conjugate akan bergerak sepanjang membrane, yang selanjutnya akan ditangkap oleh anti  human IgG dan atau anti-human IgM membentuk garis berwarna.
·      Alat dan Bahan
serum
delluent
kit igm/igg
·      Cara Kerja
1.       Taruh alat test di wadah yang kering.
2.       Tambahkan 5 ul dari serum atau plasma yang menggunakan 5 pipet ul atau mikropipet kapiler ke dalam contoh yang bujur sangkar well(s).
3.       Tambahkan  2 tetes deluuent pada lubang d
4.       Interpretasikan hasil percobaan pada 15-20 menit.

·    Iterprestasi Hail
o   IgM Positif
Jika ada warna di garis kendali (C) dan IgM garis (M) maka darah positif terkena penyakit Demam Berdarah.

o   IgG Positif
Jika ada warna di garis kendali (C) dan IgG garis (G) maka zat darah positif terserang kuman IgG. Hal ini menunjukkan adanya infeksi/peradangan demam berdarah yang lampau atau yang sekunder.
o   IgG & IgM Positif
Jika ada warna garis kendali (C), IgM (M) dan IgG garis (G) maka zat darah positif terserang kuman IgM dan IgG. Hal ini menunjukkan adanya sifat primer atau awal infeksi/peradangan demam berdarah yang sekunder.
o   Negatif
Jika garis control yang terlihat di alat test tidak ada antibody IgG & IgM terdeteksi. Ulangi test dalam 3-5 hari jika terindikasi infeksi demam berdarah.
o   Invalid
Jika pada garis kontrol “C” tidak ada yang muncul. Kemungkinan Volume spesimen yang tidak cukup atau salah teknik procedural. Dan ini merupakan pertimbangan yang hampir bisa dipastikan untuk kegagalan garis kontrol. Ulangi test menggunakan suatu alat test yang baru.
·         Hasil pemeriksaan DBD dari Beberapa Sampel
Nama
Tgl Pengambilan
Hasil
Fardin
Selasa 6/11/2012
Negatif (-)
Sulfi
Selasa 6/11/2012
Negatif (-)
Harman
Selasa 6/11/2012
Negatif(-)
Priman
Senin 19/11/2012
Negatif (-)
Khusnul
Senin 19/11/2012
Negatif (-)
Purwanto
Senin 19/11/2012
Negatif (-)
Eka
Senin 19/11/2012
Negatif (-)
Ardhiyah
Senin 19/11/2012
Negatif

·         Peringatan dalam test dengue
1)      Tes ini hanya digunakan satu kali pakai
2)      Petunjuk harus diikuti secara tepat untuk mendapatkan hasil yang akurat.
3)      Jangan makan atau merokok sewaktu menangani sampel
4)      Pakailah sarung tangan pelindung sewaktu menangani sampel. Cuci tangan
5)      dengan sempurna setelah itu
6)      Jangan gunakan kembali Disposable dropper yang telah terpakai
7)      Hindari percikan atau pembentukan aerosol
8)      Bersihkan tumpahan dengan seksama menggunakan desinfektan yang sesuai
9)      Desinfeksikan dan buang semua spesimen, kit dan bahan lain yang berpotensi
10)  menular kedalam kantong khusus biohazard
11)  Jangan gunakan tes jika kantong tes telah rusak
·         Cara Penyimpanan untuk Stabiltas Kit.
1)       Untuk hasil terbaik, ikuti petunjuk penggunaan secara tepat
2)       Semua spesimen harus diperlakukan sebagai bahan yang berpotensi mudah menular.
3)      Simpan tes pada suhu 1-30°C.
4)       Tes sangat sensitif terhadap kelembapan dan suhu panas
5)       Jangan membuka atau memindahkan tes dari kantongnya  sebelum digunakan.
6)      Jangan gunakan tes yang telah kadaluarsa. Batas kadaluarsa tertera di bagian luar kemasan
7)      Jangan gunakan tes jika kantong atau seal kemasan rusak.
8)      Jangan campur komponen kit yang berasal dari lot yang berbeda beda.
9)       Larutan diluent mengandung pengawet  sodium azide konsentrasi rendah. Perlakukan secara hati-hati jangan tertelan dan hindarkan terjadinya  kontak
·         Pengambilan dan Penyimpanan sampel
Sampel yang digunakan pada pemeriksaan ini adalah Serum. Berikut tata cara pengambilan sample, penyimpanan, dan Tindakan pencegahan .
1)      Kumpulkan darah vena kedalam tabung reaksi (TIDAK mengandung antikoagulan seperti heparin, EDTA dan  sodium citrate), diamkan selama 30 menit hingga darah membeku dan kemudian lakukan  sentrifuge dengan kecepatan 1500-2000 rpm selama 15-20 menit hingga didapatkan sampel serum.
2)       Jika sampel serum tidak segera digunakan, simpan sampel pada  suhu 2-8° C. Untuk penyimpanan lebih dari 3 hari, sampel dianjurkan disimpan pada suhu beku dan saat akan digunakan, adaptasikan terlebih dahulu pada suhu kamar
3)      Sampel serum yang mengandung endapan (precipitate) dapat memberikan hasil yang tidak konsisten.
·         Spesifikasi
o   Spesimen: darah Utuh / Serum / Plasma
o   Deteksi: IgM & IgG
o   Volume: 1 tetes (1ml) spesimen dan 2 tetes pengencer sampel
o   Membaca Waktu: 15 menit
o   Sencitifity:> 95%
o   Spesifisitas:> 95%
o   Berdasarkan: immunochromatography berbasis Satu Langkah di Vitro Diagnostik
o   Perangkat: 25 Test / Kit
7.       Pengendalian DBD
3m1
Pencegahan dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk diwaktu pagi sampai sore, karena nyamuk aedes aktif di siang hari (bukan malam hari). Misalnya hindarkan berada di lokasi yang banyak nyamuknya di siang hari, terutama di daerah yang ada penderita DBD nya. Beberapa cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD melalui metode pengontrolan atau pengendalian vektornya adalah :
a.    Pada Larva / jentik nyamuk:
1)      dilakukan dengan cara menjaga sanitasi / kebersihan lingkungan yaitu pada umumnya 3M: Menguras dan menyikat dinding bak penampungan air kamar mandi; karena jentik / larva nyamuk demam berdarah (Aedest Aegypti) akan menempel pada dinding bak penampungan air setelah dikuras dengan ciri-ciri berwarna kehitam-hitaman pada dinding, hanya dengan menguras tanpa menyikat dinding maka jentik / larva nyamuk demam berdarah (Aedest Aegypti) tidak akan mati karena mampu hidup dalam keadaan kering tanpa air sampai dengan 6 (enam) bulan, jadi setelah dikuras diding tersebut harus disikat. Menutup rapat – rapat bak – bak penampungan air
2)       dilakukan dengan cara pencegahan preventive yaitu memelihara ikan pada tempat penampungan air
b.        Pada Nyamuk Dewasa :
1)      Dengan memasang kasa nyamuk atau screening yang berfungsi untuk pencegahan agar nyamuk dewasa tidak dapat mendekat pada linkungan sekitar kita.
2)      Dengan menggunkan Insect Light Killer yaitu perangkap untuk nyamuk yang menggunakan lampu sebagai bahan penariknya (attractan) dan untuk membunuhnya dengan mengunakan aliran listrik. Cara kerja tersebut sama dengan Electric Raket.
a.    Pada Larva / jentik nyamuk:
Yaitu dikakukan dengan menaburkan bubuk larvasida atau yang biasa disebut dengan ABATE Untuk tempat-tempat air yang tidak mungkin atau sulit dikuras, taburkan bubuk ABATE ke dalam genangan air tersebut untuk membunuh jentik-jentik nyamuk. Ulangi hal ini setiap 2-3 bulan sekali. Selama 3 bulan bila tempat penampungan air tersebut akan dibersihkan/diganti airnya, hendaknya jangan menyikat bagian dalam dinding tempat penampungan air tersebut Air yang telah dibubuhi ABATE dengan takaran yang benar, tidak membahayakan dan tetap aman bila air tersebut diminum yang mana Takaran penggunaan bubuk ABATE adalah sebagai berikut :Untuk 10 liter air, ABATE yang diperlukan = (100/10) x 1 gram = 10 gram ABATE.Untuk menakar ABATE digunakan sendok makan. Satu sendok makan peres berisi 10 gram ABATE.
b.     Pada Nyamuk Dewasa :
1)      Dilakukan Space Treatment : Pengasapan  (Fogging) dan Pengkabutan (Ultra Low Volume) dengan insectisida yang bersifat knock down mampun menekan tingkat populasi nyamuk dengan cepat.
2)      Dilakukan Residual treatment : Penyemprotan (Spraying) pada tempat hinggapnya nyamuk biasanya bekisaran antara 0 – 1 meter diatas permukaan lantai bangunan.
3)      Dengan memasang obat nyamuk bakar maupun obant nyamuk semprot yang siap pakai dan bisa juga memakai obat oles anti nyamuk yang memberikan daya fungsi menolak (repellent) pada nyamuk yang akan mendekat.

Adapun beberapa upaya untuk menurunkan, menekan dan mengendalikan nyamuk dengan cara pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut:
a.    Modifikasi Lingkungan
Yaitu setiap kegiatan yang mengubah fisik lingkungan secara permanen agar tempat perindukan nyamuk hilang. Kegiatan ini termasuk penimbunan, pengeringan, pembuatan bangunan (pintu, tanggul dan sejenisnya) serta pengaturan sistem pengairan (irigasi). Kegiatan ini di Indonesia populer dengan nama kegiatan pengendalian sarang nyamuk ”3M” yaitu dari kata menutup, menguras dan menimbun berbagai tempat yang menjadi sarang nyamuk.  
b.     Manipulasi Lingkungan
Yaitu suatu bentuk kegiatan untuk menghasilkan suatu keadaan sementara yang tidak menguntungkan bagi keberadaan nyamuk seperti pengangkatan lumut dari laguna, pengubahan kadar garam dan juga sistem pengairan secara berkala di bidang pertanian. 
c.    Mengubah atau Memanipulasi Tempat Tinggal dan Tingkah Laku
Yaitu kegiatan yang bertujuan mencegah atau membatasi perkembangan vektor dan mengurangi kontak dengan manusia. Pendekatan ini dilakukan dengan cara menempatkan dan memukimkan kembali penduduk yang berasal dari sumber nyamuk (serangga) penular penyakit, perlindungan perseorangan (personal protection), pemasangan rintangan-rintangan terhadap kontak dengan sumber serangga vektor, penyediaan fasilitas air, pembuangan air, sampah dan buangan lainnya.
d.     Pengendalian Hayati
Yaitu cara lain untuk pengendalian non kimiawi dengan memanfaatkan musuh-musuh alami nyamuk. Pelaksanaan pengendalian ini memerlukan pengetahuan dasar yang memadai baik mengenai bioekologi, dinamika populasi nyamuk yang akan dikendalikan dan juga bioekologi musuh alami yang akan digunakan. Dalam pelaksanaanya metode ini lebih rumit dan hasilnyapun lebih lambat terlihat dibandingkan dengan penggunaan insektisida. Pengendalian hayati baru dapat memperlihatkan hasil yang optimal jika merupakan bagian suatu pengendalian secara terpadu.
e.    Musuh alami yang yang digunakan dalam pengendalian hayati adalah predator, patogen dan parasit.
1)       Predator
Adalah musuh alami yang berperan sebagai pemangsa dalam suatu populasi nyamuk. Contohnya beberapa jenis ikan pemakan jentik atau larva nyamuk.Ikan pemakan jentik nyamuk yang telah lama digunakan sebagai pengendali nyamuk adalah ikan jenis guppy dan ikan kepala timah. Jenis ikan lain yang dikembangkan adalah ikan mas, mujahir dan ikan nila di persawahan. Selain ikan dikenal pula larva nyamuk yang bersifat predator yaitu jentik nyamuk Toxorrhynchites yang ukurannya lebih besar dari jentik nyamuk lainnya ( sekitar 4-5 kali ukuran larva nyamuk Aedes aegypti). Di beberapa negara pemanfaatan larva Toxorrhynchites telah banyak dilakukan dalam rangkaian usaha memberantas nyamuk demam berdarah secara tepadu.a
2)      Patogen
Merupakan jasad renik yang bersifat patogen terhadap jentik nyamuk. Sebagai contoh adalah berbagai jenis virus (seperti virus yang bersifat cytoplasmic polyhedrosis), bakteri (seperti Bacillus thuringiensis subsp.israelensis, B. sphaericus), protozoa (seperti Nosema vavraia, Thelohania) dan fungi (seperti Coelomomyces, Lagenidium, Culicinomyces)
3)      Parasit
Yaitu mahluk hidup yang secara metabolisme tergantung kepada serangga vektor dan menjadikannya sebagai inang. Contohnya adalah cacing Nematoda seperti Steinermatidae (Neoplectana), Mermithidae (Romanomermis) dan Neotylenchidae (Dalandenus) yang dapat digunakan untuk mengendalikan populasi jentik nyamuk dan serangga pengganggu kesehatan lainnya. Nematoda ini memerlukan serangga sebagai inangnya, masuk ke dalam rongga tubuh, merusak dinding dan jaringan tubuh serangga tersebut. Jenis cacing Romanomermis culiciforax merupakan contoh yang sudah diproduksi secara komersial untuk mengendalikan nyamuk. Meskipun demikian pemanfaatan spesies Nematoda sampai saat ini masih terbatas pada daerah-daerah tertentu karena sebaran spesiesnya terbatas, hanya menyerang pada fase dan spesies serangga tertentu dan memerlukan dasar pengetahuan bioekologi yang kuat.
8.       Pengobatan
Fokus pengobatan pada penderita penyakit DBD adalah mengatasi perdarahan, mencegah atau mengatasi keadaan syok / persyok, yaitu dengan mengusahakan agar penderita banyak minum sekitar 1,5 sampai 2 liter air dalam 24 jam (air teh dan gula sirup atau susu) penambahan cairan tubuh melalui infus (intravena) mungkinb di perlukan untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi yang berlebihan. Transfusi platelet di lakukan jika jumlah platelet menurun drastis. Terhadap keluhan yang timbul, selanjutnya adalah pemberian obat – obatan misalnya :
·         Parasetamol membantu menurunkan demam
·         Garam elektrolit (oralit) jika di sertai diare
·         Antibiotik berguna untuk mencegah infeksi sekunder, lakukan kompres dingin, tidak perlu dengan es karena bisa berdampak syok. dapat mengembalikan cairan intravena dan peningkatan nilai trombosit darah.



BAB III
PENUTUP

A.       Kesimpulan
Penyebaran penyakit DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, sehingga pada wilayah yang sudah diketahui adanya serangan penyakit DBD akan mungkin ada penderita lainnya bahkan akan dapat menyebabkan wabah yang luar biasa bagi penduduk disekitarnya.
Pencegahan dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk diwaktu pagi sampai sore, karena nyamuk aedes aktif di siang hari (bukan malam hari). Misalnya hindarkan berada di lokasi yang banyak nyamuknya di siang hari, terutama di daerah yang ada penderita DBD nya.
Fokus pengobatan pada penderita penyakit DBD adalah mengatasi perdarahan, mencegah atau mengatasi keadaan syok atau presyok, yaitu dengan mengusahakan agar penderita banyak minum sekitar 1,5 sampai 2 liter air dalam 24 jam (air teh dan gula sirup atau susu).
B.      Saran
Beberapa ada cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD melalui metode pengontrolan atau pengendalian vektornya adalah:
a)      Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat. perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah.
b)       Pemeliharaan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang) pada tempat air kolam, dan bakteri (Bt.H-14).
c)      Pengasapan atau fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion).
d)      Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air seperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.
BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Penyakit Demam Berdarah Dengue ( DBD ) merupakan penyakit endemis di Indonesia dan sampai saat ini masih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Penyakit Demam Berdarah disebabkan oleh infeksi virus Dengue yang akut dan ditandai dengan panas mendadak selama 2 – 7 hari tanpa sebab yang jelas disertai dengan manifestasi perdarahan, seperti petekie, epistaxis kadang disertai muntah darah, berak darah, kesadaran menurun, dan syock
Penyakit Demam Berdarah atau Dengue Hemorragik Fever (DHF) ialah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut. Merebaknya kasus DBD ini menimbulkan reaksi dari berbagai kalangan. Sebagian menganggap hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran akan kebersihan lingkungan dan sebagian lagi menganggap karena pemerintah lambat dalam mengantisipasi dan merespon kasus ini .

B.       Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk member pengetahuan kepada kita semua tentang untuk mengetahui :
1.       Penyebaba Demam Berdarah
2.       Gejala Demam berdarah
3.       Pengobatan terhadap demam berdarah
4.       Pencegahan terhadap demam berdarah
5.       Pemeriksaan demam berdarah.
BAB II
PEMBAHASAN
1.       Defenisi
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) {bahasa medisnya disebut Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)} adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dengan genusnya adalah favivirus. Virus ini mempunyai empat serotipe yang di kenal dengan DEN- 1, DEN- 2, DEN- 3, dan DEN- 4, yang di tularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang mana menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan – perdarahan.

2.       Vektor Penyakit Demam Berdarah
Klasifikasi
Kerajaan : Animalia.
Filum : Arthropoda,
Kelas : Insecta
Ordo ; Diptera.
 Famili : Culicidae
Genus ; Aedes
 spesies ; aedea aegeypti
Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. Selain dengue, A. aegypti juga merupakan pembawa virus demam kuning (yellow fever) dan chikungunya. Penyebaran jenis ini sangat luas, meliputi hampir semua daerah tropis di seluruh dunia. Sebagai pembawa virus dengue, A. aegypti merupakan pembawa utama (primary vector) dan bersama Aedes albopictus menciptakan siklus persebaran dengue di desa dan kota. Mengingat keganasan penyakit demam berdarah, masyarakat harus mampu mengenali dan mengetahui cara-cara mengendalikan jenis ini untuk membantu mengurangi persebaran penyakit demam berdarah.
·         Morfologi
Nyamuk
Pupa
Larva
Telur

http://t0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSwunSaJNMJM-dA_cjJbwlZCtIhZVjW2ChjVWkpHkM944QlhQd1


Keterangan
o   Telur Aedes diletakkan pada bagian yang berdekatan dengan permukaan air atau menempel pada permukaan benda yang terapung. 
o   Jentik nyamuk Aedes Aegypti memiliki rambut abdomen dan pada stadium ini jentik membentuk sudut dan terdapat alat untuk menghisap oksigen.
o   Stadium pupa pada nyamuk Aedes berada dibawah permukaan air dengan melingkarkan badannya. Ekor pupa agak lurus dengan kepala melingkar dan menempel dibadannya namun tidak bertemu dengan ekor.
o   Nyamuk dewasa memiliki ukuran sedang dengan tubuh berwarna hitam kecoklatan.
o   Nyamuk ini hidup didalam dan di sekita rumah, dan memiliki kebiasaan menghisap pada siang hari.

·         Perilaku Hidup
Aedes aegypti bersifat diurnal atau aktif pada pagi hingga siang hari. Penularan penyakit dilakukan oleh nyamuk betina karena hanya nyamuk betina yang mengisap darah. Hal itu dilakukannya untuk memperoleh asupan protein yang diperlukannya untuk memproduksi telur. Nyamuk jantan tidak membutuhkan darah, dan memperoleh energi dari nektar bunga ataupun tumbuhan. Jenis ini menyenangi area yang gelap dan benda-benda berwarna hitam atau merah. Demam berdarah kerap menyerang anak-anak karena anak-anak cenderung duduk di dalam kelas selama pagi hingga siang hari dan kaki mereka yang tersembunyi di bawah meja menjadi sasaran empuk nyamuk jenis ini..
Nyamuk dewasa betina mengisap darah manusia pada siang hari yang dilakukan baik di dalam rumah ataupun luar rumah. Pengisapan darah dilakukan dari pagi sampai petang dengan dua puncak yaitu setelah matahari terbit (08.00-10.00) dan sebelum matahari terbenam (15.00-17.00) (Srisasi G et al., 2000).
Infeksi virus dalam tubuh nyamuk dapat mengakibatkan perubahan perilaku yang mengarah pada peningkatan kompetensi vektor, yaitu kemampuan nyamuk menyebarkan virus. Infeksi virus dapat mengakibatkan nyamuk kurang handal dalam mengisap darah, berulang kali menusukkan proboscis nya, namun tidak berhasil mengisap darah sehingga nyamuk berpindah dari satu orang ke orang lain. Akibatnya, risiko penularan virus menjadi semakin besar.
Di Indonesia, nyamuk A. aegypti umumnya memiliki habitat di lingkungan perumahan, di mana terdapat banyak genangan air bersih dalam bak mandi ataupun tempayan. Oleh karena itu, jenis ini bersifat urban, bertolak belakang dengan A. albopictus yang cenderung berada di daerah hutan berpohon rimbun (sylvan areas).

3.       Patogenis DBD
Berdasarkan data yang ada, terdapat bukti yang kuat bahwa mekanisme imunopatologis berperan dalam terjadinya demam berdarah dengue dan sindrom renjatan dengue.
http://blogkputih.files.wordpress.com/2012/05/dhf1.png?w=640&h=440
              respon imun yang diketahui berperan dalam patogenesis DBD adalah:
1.    Respon imun humoral berupa pembentukan antibodi yang berperan dalam proses netralisasi virus, sitolisis yang dimediasi oleh komplemen dan sitotoksisitas yang dimediasi oleh antibodi. Antibodi terhadap virus dengue berperan dalam mempercepat replikasi virus pada monosit atau makrofag. Ini yang disebut dengan antibody dependent enhancement (ADE).
2.    Limfosit T baik T-helper (CD4) dan T sitotoksik (CD8) berperan dalam respon imun seluler terhadap virus dengue. Diferensiasi T helper yaitu TH1 akan memproduksi interferon gamma, IL-2 dan limfokin, sedangkan TH2 memproduksi IL-4, IL-5, IL6 dan IL-10
3.    Monosit dan makrofag berperan dalam fagositosis virus dengan opsonisasi antibodi. Namun proses fagositosis ini menyebabkan peningkatan replikasi virus dan sekresi sitokin oleh makrofag
4.    Selain itu terjadi juga aktivasi komplemen oleh kompleks imun.
Halstead pada tahun 1973 mengajukan hipotesis secondary heterologous infection yang menyatakan bahwa DBD terjadi bila seseorang terinfeksi ulang virus dengue dengan tipe yang berbeda. Re-infeksi menyebabkan reaksi anamnestik antibodi sehingga mengakibatkan konsentrasi kompleks imun meninggi.
http://blogkputih.files.wordpress.com/2012/05/dengue1.gif?w=320&h=228
Kurane dan Ennis (1994) merangkum pendapat Halstead dan peneliti lain; menyatakan bahwa infeksi virus dengue menyebabkan aktivasi makrofag yang memfagositosis kompleks virus-antibodi non netralisasi sehingga virus bereplikasi di dalam makrofag. Terjadinya infeksi makrofag menyebabkan aktivasi Th dan Ts sehingga diproduksi limfokin dan interferon gamma. Interferon gamma akan mengaktivasi monosit sehingga disekresi berbagai mediator inflamasi seperti TNF alfa, IL-1, PAF, IL-6 dan histamin yang mengakibatkan terjadinya disfungsi endotel dan terjadi kebocoran plasma. Ini juga diperkuat oleh peningkatan C3a dan C5a.

4.       Penularan DBD
DBD dapat dengan mudah menular melalui vektor penularnya, yakni nyamuk Aedes aegypti melalui gigitannya. Meskipun nyamuk Aedes albopictus dapat menularkan DBD tetapi peranannya dalam penyebaran penyakit sangat kecil, karena biasanya hidup di kebun-kebun. Seminggu setelah digigit oleh nyamuk Aedes aegypti yang mengandung virus dengue, maka orang tersebut akan jatuh sakit demam berdarah, atau dapat juga tetap sehat tetapi menjadi carrier (sumber penular dengan menyimpan virus dengue).
Karena nyamuk yang menggigit orang yang darahnya mengandung virus dengue, sepanjang nyamuk tersebut hidup akan tetap mengandung virus dengue dan setiap saat dapat ditularkan kepada orang lain melalui gigitannya pula (menggigit pada siang hari).

5.       Gejala DBD
http://www.gamatluxorbanjarmasin.com/wp-content/uploads/2012/07/dbd.gif
1)      Demam tinggi yang mendadak 2 – 7 hari ( 38 – 40 derajat Celsius ).
2)       Pada pemeriksaan uji tourniquet, tampak adanya jentik (puspura) perdarahan.
3)      Terjadi pembesaran hati ( Hepatomegali ).
4)      Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.
5)      Terjadi penurunan trombosit di bawah 100.000 / mm3 (Trombositopeni)
6)      timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual,muntah penurunan nafsu makan ( anoreksia ),sakit perut diare,menggigil kejang, sakit kepala, mimisan ( epitaksis ) pada hidung dan gusi, feces berlendir dan campur darah ( malena ).
7)      Demam yang di rasakan penderita menyebabkan pegal / sakit pada persendian.
8)      Munculnya bintik – bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah
9)      Pada kasus berat gejala klinis di tambah dengan terjadinya akumulasi cairan pada rongga tubuh



6.       Pemeriksaan Tes DBD
Alat tes Demam Berdarah IgG / IgM adalah suatu pengujian untuk penetapan kadar fasa-padat immunochromatographic untuk pendeteksian diferensial dan kwalitatif cepat zat darah IgG dan IgM terhadap virus demam berdarah di dalam serum manusia atau plasma. Test ini dimaksudkan untuk mengetahui hasil diagnosa primer dan infeksi/peradangan demam berdarah sekunder. Test ini hanya memberikan hasil percobaan pada tahap awal. Oleh karena itu, pengasingan virus, pendeteksian antigen di dalam jaringan/tisu-jaringan/tisu yang ditetapkan, diperbaiki, RT-PCR dan serological test seperti haemagglutination-inhibition test, metoda hasil diagnosa alternatif yang lebih spesifik harus digunakan untuk memperoleh penyebab infeksi virus demam berdarah.
     Alat test uji Demam Berdarah IgG / IgM mempunyai 3 garis yang dilapisi, "G" (Demam Berdarah IgG -garis hasil-), "M" (Demam Berdarah IgM -garis hasil-) dan "C" (Garis kontrol). Ketiga bentuk tersebut digunakan untuk melihat hasil dari pengujian. " Garis Kontrol " digunakan untuk kendali prosedural. Garis kontrol akan muncul jika prosedur ujian dilaksanakan dengan baik dan bahan reaksi ujian dari garis kontrol juga bekerja. Jika alat test uji berwarna ungu di daerah "G" dan "M" maka hasil menunjukkan bahwa ada virus Dengue didalam zat darah penyerang kuman IgG atau IgM. Jika alat test tidak menunjukkan adanya warna berarti zat darah penyerang kuman IgG atau IgM tidak mengandung virus Dengue.
Ketika suatu spesimen ditambahkan dengan baik, IgG atau IgM di dalam contoh spesimen mengikat kepada anti manusia IgG atau IgM zat darah penyerang kuman menghentikan dalam dua bentuk ke seberang selaput ujian. Jika imunoglobulin-imunoglobulin demam berdarah spesifik dari IgG atau IgM hadir di dalam contoh, kompleks emas koloidal yang berisi antigen demam berdarah yang ditangkap oleh batas, IgG atau IgM pasien memberi bentuk yang terlihat warnanya

·      Kegunaan :
Pemeriksaaan IgG/IgM adalah suatu tes  cepat dengan teknik pengujian Immunochromatographic untuk mendeteksi secara kualitatif sekaligus membedakan antibodi IgG dan IgM terhadap virus dengue didalam serum. Pada infeksi primer Antibodi IgM muncul pada hari ke 3-5 sejak gejala dan bertahan untuk jangka waktu 30-60 hari.  Antibodi IgG muncul disekitar hari ke 14 dan bertahan seumur hidup. Infeksi dengue sekunder ditunjukkan dengan tingkat antibodi IgG meningkat dalam 1-2 hari setelah gejala muncul dan merangsang respon antibodi IgM setelah 20 hari Infeksi.
·      Prinsip :
                       Dengue Dx IgG/IgM Rapid Tes dirancang untuk secara simultan mendeteksi sekaligus membedakan antibodi IgG dan IgM terhadap virus dengue. Tes ini juga dapat mendeteksi ke empat serotype virus dengue karena menggunakan suatu paduan  antigen recombinant dengue envelope proteins Dengue Dx IgG/IgM tes memiliki tiga garis  pre-coated pada permukaan membran. Garis tes dengue IgG (G), garis tes dengue IgM (M), dan garis kontrol (C). Ketiga garis ini terletak dibagian jendela hasil dan tidak akan terlihat sebelum sebelum dilakukan penambahan sampel. Garis kontrol C digunakan sebagai kontrol prosedur. Garis ini selalu muncul jika prosedur tes dilakukan dengan benar dan reagen dalam kondisi baik.  Garis  “G” dan “M” akan terlihat pada jendela hasil jika terdapat antobodi IgG dan IgM terhadap virus dengue dalam sampel. Jika tidak terdapat  antibodi, maka tidak akan terbentuk garis “G” atau “M”Ketika sampel diteteskan kedalam sumur (well) sampel (S) dan diikuti dengan penambahan buffer diluent, maka sampel dan  antibody-gold conjugate akan bergerak sepanjang membrane, yang selanjutnya akan ditangkap oleh anti  human IgG dan atau anti-human IgM membentuk garis berwarna.
·      Alat dan Bahan
serum
delluent
kit igm/igg
·      Cara Kerja
1.       Taruh alat test di wadah yang kering.
2.       Tambahkan 5 ul dari serum atau plasma yang menggunakan 5 pipet ul atau mikropipet kapiler ke dalam contoh yang bujur sangkar well(s).
3.       Tambahkan  2 tetes deluuent pada lubang d
4.       Interpretasikan hasil percobaan pada 15-20 menit.

·    Iterprestasi Hail
o   IgM Positif
Jika ada warna di garis kendali (C) dan IgM garis (M) maka darah positif terkena penyakit Demam Berdarah.

o   IgG Positif
Jika ada warna di garis kendali (C) dan IgG garis (G) maka zat darah positif terserang kuman IgG. Hal ini menunjukkan adanya infeksi/peradangan demam berdarah yang lampau atau yang sekunder.
o   IgG & IgM Positif
Jika ada warna garis kendali (C), IgM (M) dan IgG garis (G) maka zat darah positif terserang kuman IgM dan IgG. Hal ini menunjukkan adanya sifat primer atau awal infeksi/peradangan demam berdarah yang sekunder.
o   Negatif
Jika garis control yang terlihat di alat test tidak ada antibody IgG & IgM terdeteksi. Ulangi test dalam 3-5 hari jika terindikasi infeksi demam berdarah.
o   Invalid
Jika pada garis kontrol “C” tidak ada yang muncul. Kemungkinan Volume spesimen yang tidak cukup atau salah teknik procedural. Dan ini merupakan pertimbangan yang hampir bisa dipastikan untuk kegagalan garis kontrol. Ulangi test menggunakan suatu alat test yang baru.
·         Hasil pemeriksaan DBD dari Beberapa Sampel
Nama
Tgl Pengambilan
Hasil
Fardin
Selasa 6/11/2012
Negatif (-)
Sulfi
Selasa 6/11/2012
Negatif (-)
Harman
Selasa 6/11/2012
Negatif(-)
Priman
Senin 19/11/2012
Negatif (-)
Khusnul
Senin 19/11/2012
Negatif (-)
Purwanto
Senin 19/11/2012
Negatif (-)
Eka
Senin 19/11/2012
Negatif (-)
Ardhiyah
Senin 19/11/2012
Negatif

·         Peringatan dalam test dengue
1)      Tes ini hanya digunakan satu kali pakai
2)      Petunjuk harus diikuti secara tepat untuk mendapatkan hasil yang akurat.
3)      Jangan makan atau merokok sewaktu menangani sampel
4)      Pakailah sarung tangan pelindung sewaktu menangani sampel. Cuci tangan
5)      dengan sempurna setelah itu
6)      Jangan gunakan kembali Disposable dropper yang telah terpakai
7)      Hindari percikan atau pembentukan aerosol
8)      Bersihkan tumpahan dengan seksama menggunakan desinfektan yang sesuai
9)      Desinfeksikan dan buang semua spesimen, kit dan bahan lain yang berpotensi
10)  menular kedalam kantong khusus biohazard
11)  Jangan gunakan tes jika kantong tes telah rusak
·         Cara Penyimpanan untuk Stabiltas Kit.
1)       Untuk hasil terbaik, ikuti petunjuk penggunaan secara tepat
2)       Semua spesimen harus diperlakukan sebagai bahan yang berpotensi mudah menular.
3)      Simpan tes pada suhu 1-30°C.
4)       Tes sangat sensitif terhadap kelembapan dan suhu panas
5)       Jangan membuka atau memindahkan tes dari kantongnya  sebelum digunakan.
6)      Jangan gunakan tes yang telah kadaluarsa. Batas kadaluarsa tertera di bagian luar kemasan
7)      Jangan gunakan tes jika kantong atau seal kemasan rusak.
8)      Jangan campur komponen kit yang berasal dari lot yang berbeda beda.
9)       Larutan diluent mengandung pengawet  sodium azide konsentrasi rendah. Perlakukan secara hati-hati jangan tertelan dan hindarkan terjadinya  kontak
·         Pengambilan dan Penyimpanan sampel
Sampel yang digunakan pada pemeriksaan ini adalah Serum. Berikut tata cara pengambilan sample, penyimpanan, dan Tindakan pencegahan .
1)      Kumpulkan darah vena kedalam tabung reaksi (TIDAK mengandung antikoagulan seperti heparin, EDTA dan  sodium citrate), diamkan selama 30 menit hingga darah membeku dan kemudian lakukan  sentrifuge dengan kecepatan 1500-2000 rpm selama 15-20 menit hingga didapatkan sampel serum.
2)       Jika sampel serum tidak segera digunakan, simpan sampel pada  suhu 2-8° C. Untuk penyimpanan lebih dari 3 hari, sampel dianjurkan disimpan pada suhu beku dan saat akan digunakan, adaptasikan terlebih dahulu pada suhu kamar
3)      Sampel serum yang mengandung endapan (precipitate) dapat memberikan hasil yang tidak konsisten.
·         Spesifikasi
o   Spesimen: darah Utuh / Serum / Plasma
o   Deteksi: IgM & IgG
o   Volume: 1 tetes (1ml) spesimen dan 2 tetes pengencer sampel
o   Membaca Waktu: 15 menit
o   Sencitifity:> 95%
o   Spesifisitas:> 95%
o   Berdasarkan: immunochromatography berbasis Satu Langkah di Vitro Diagnostik
o   Perangkat: 25 Test / Kit
7.       Pengendalian DBD
3m1
Pencegahan dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk diwaktu pagi sampai sore, karena nyamuk aedes aktif di siang hari (bukan malam hari). Misalnya hindarkan berada di lokasi yang banyak nyamuknya di siang hari, terutama di daerah yang ada penderita DBD nya. Beberapa cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD melalui metode pengontrolan atau pengendalian vektornya adalah :
a.    Pada Larva / jentik nyamuk:
1)      dilakukan dengan cara menjaga sanitasi / kebersihan lingkungan yaitu pada umumnya 3M: Menguras dan menyikat dinding bak penampungan air kamar mandi; karena jentik / larva nyamuk demam berdarah (Aedest Aegypti) akan menempel pada dinding bak penampungan air setelah dikuras dengan ciri-ciri berwarna kehitam-hitaman pada dinding, hanya dengan menguras tanpa menyikat dinding maka jentik / larva nyamuk demam berdarah (Aedest Aegypti) tidak akan mati karena mampu hidup dalam keadaan kering tanpa air sampai dengan 6 (enam) bulan, jadi setelah dikuras diding tersebut harus disikat. Menutup rapat – rapat bak – bak penampungan air
2)       dilakukan dengan cara pencegahan preventive yaitu memelihara ikan pada tempat penampungan air
b.        Pada Nyamuk Dewasa :
1)      Dengan memasang kasa nyamuk atau screening yang berfungsi untuk pencegahan agar nyamuk dewasa tidak dapat mendekat pada linkungan sekitar kita.
2)      Dengan menggunkan Insect Light Killer yaitu perangkap untuk nyamuk yang menggunakan lampu sebagai bahan penariknya (attractan) dan untuk membunuhnya dengan mengunakan aliran listrik. Cara kerja tersebut sama dengan Electric Raket.
a.    Pada Larva / jentik nyamuk:
Yaitu dikakukan dengan menaburkan bubuk larvasida atau yang biasa disebut dengan ABATE Untuk tempat-tempat air yang tidak mungkin atau sulit dikuras, taburkan bubuk ABATE ke dalam genangan air tersebut untuk membunuh jentik-jentik nyamuk. Ulangi hal ini setiap 2-3 bulan sekali. Selama 3 bulan bila tempat penampungan air tersebut akan dibersihkan/diganti airnya, hendaknya jangan menyikat bagian dalam dinding tempat penampungan air tersebut Air yang telah dibubuhi ABATE dengan takaran yang benar, tidak membahayakan dan tetap aman bila air tersebut diminum yang mana Takaran penggunaan bubuk ABATE adalah sebagai berikut :Untuk 10 liter air, ABATE yang diperlukan = (100/10) x 1 gram = 10 gram ABATE.Untuk menakar ABATE digunakan sendok makan. Satu sendok makan peres berisi 10 gram ABATE.
b.     Pada Nyamuk Dewasa :
1)      Dilakukan Space Treatment : Pengasapan  (Fogging) dan Pengkabutan (Ultra Low Volume) dengan insectisida yang bersifat knock down mampun menekan tingkat populasi nyamuk dengan cepat.
2)      Dilakukan Residual treatment : Penyemprotan (Spraying) pada tempat hinggapnya nyamuk biasanya bekisaran antara 0 – 1 meter diatas permukaan lantai bangunan.
3)      Dengan memasang obat nyamuk bakar maupun obant nyamuk semprot yang siap pakai dan bisa juga memakai obat oles anti nyamuk yang memberikan daya fungsi menolak (repellent) pada nyamuk yang akan mendekat.

Adapun beberapa upaya untuk menurunkan, menekan dan mengendalikan nyamuk dengan cara pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut:
a.    Modifikasi Lingkungan
Yaitu setiap kegiatan yang mengubah fisik lingkungan secara permanen agar tempat perindukan nyamuk hilang. Kegiatan ini termasuk penimbunan, pengeringan, pembuatan bangunan (pintu, tanggul dan sejenisnya) serta pengaturan sistem pengairan (irigasi). Kegiatan ini di Indonesia populer dengan nama kegiatan pengendalian sarang nyamuk ”3M” yaitu dari kata menutup, menguras dan menimbun berbagai tempat yang menjadi sarang nyamuk.  
b.     Manipulasi Lingkungan
Yaitu suatu bentuk kegiatan untuk menghasilkan suatu keadaan sementara yang tidak menguntungkan bagi keberadaan nyamuk seperti pengangkatan lumut dari laguna, pengubahan kadar garam dan juga sistem pengairan secara berkala di bidang pertanian. 
c.    Mengubah atau Memanipulasi Tempat Tinggal dan Tingkah Laku
Yaitu kegiatan yang bertujuan mencegah atau membatasi perkembangan vektor dan mengurangi kontak dengan manusia. Pendekatan ini dilakukan dengan cara menempatkan dan memukimkan kembali penduduk yang berasal dari sumber nyamuk (serangga) penular penyakit, perlindungan perseorangan (personal protection), pemasangan rintangan-rintangan terhadap kontak dengan sumber serangga vektor, penyediaan fasilitas air, pembuangan air, sampah dan buangan lainnya.
d.     Pengendalian Hayati
Yaitu cara lain untuk pengendalian non kimiawi dengan memanfaatkan musuh-musuh alami nyamuk. Pelaksanaan pengendalian ini memerlukan pengetahuan dasar yang memadai baik mengenai bioekologi, dinamika populasi nyamuk yang akan dikendalikan dan juga bioekologi musuh alami yang akan digunakan. Dalam pelaksanaanya metode ini lebih rumit dan hasilnyapun lebih lambat terlihat dibandingkan dengan penggunaan insektisida. Pengendalian hayati baru dapat memperlihatkan hasil yang optimal jika merupakan bagian suatu pengendalian secara terpadu.
e.    Musuh alami yang yang digunakan dalam pengendalian hayati adalah predator, patogen dan parasit.
1)       Predator
Adalah musuh alami yang berperan sebagai pemangsa dalam suatu populasi nyamuk. Contohnya beberapa jenis ikan pemakan jentik atau larva nyamuk.Ikan pemakan jentik nyamuk yang telah lama digunakan sebagai pengendali nyamuk adalah ikan jenis guppy dan ikan kepala timah. Jenis ikan lain yang dikembangkan adalah ikan mas, mujahir dan ikan nila di persawahan. Selain ikan dikenal pula larva nyamuk yang bersifat predator yaitu jentik nyamuk Toxorrhynchites yang ukurannya lebih besar dari jentik nyamuk lainnya ( sekitar 4-5 kali ukuran larva nyamuk Aedes aegypti). Di beberapa negara pemanfaatan larva Toxorrhynchites telah banyak dilakukan dalam rangkaian usaha memberantas nyamuk demam berdarah secara tepadu.a
2)      Patogen
Merupakan jasad renik yang bersifat patogen terhadap jentik nyamuk. Sebagai contoh adalah berbagai jenis virus (seperti virus yang bersifat cytoplasmic polyhedrosis), bakteri (seperti Bacillus thuringiensis subsp.israelensis, B. sphaericus), protozoa (seperti Nosema vavraia, Thelohania) dan fungi (seperti Coelomomyces, Lagenidium, Culicinomyces)
3)      Parasit
Yaitu mahluk hidup yang secara metabolisme tergantung kepada serangga vektor dan menjadikannya sebagai inang. Contohnya adalah cacing Nematoda seperti Steinermatidae (Neoplectana), Mermithidae (Romanomermis) dan Neotylenchidae (Dalandenus) yang dapat digunakan untuk mengendalikan populasi jentik nyamuk dan serangga pengganggu kesehatan lainnya. Nematoda ini memerlukan serangga sebagai inangnya, masuk ke dalam rongga tubuh, merusak dinding dan jaringan tubuh serangga tersebut. Jenis cacing Romanomermis culiciforax merupakan contoh yang sudah diproduksi secara komersial untuk mengendalikan nyamuk. Meskipun demikian pemanfaatan spesies Nematoda sampai saat ini masih terbatas pada daerah-daerah tertentu karena sebaran spesiesnya terbatas, hanya menyerang pada fase dan spesies serangga tertentu dan memerlukan dasar pengetahuan bioekologi yang kuat.
8.       Pengobatan
Fokus pengobatan pada penderita penyakit DBD adalah mengatasi perdarahan, mencegah atau mengatasi keadaan syok / persyok, yaitu dengan mengusahakan agar penderita banyak minum sekitar 1,5 sampai 2 liter air dalam 24 jam (air teh dan gula sirup atau susu) penambahan cairan tubuh melalui infus (intravena) mungkinb di perlukan untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi yang berlebihan. Transfusi platelet di lakukan jika jumlah platelet menurun drastis. Terhadap keluhan yang timbul, selanjutnya adalah pemberian obat – obatan misalnya :
·         Parasetamol membantu menurunkan demam
·         Garam elektrolit (oralit) jika di sertai diare
·         Antibiotik berguna untuk mencegah infeksi sekunder, lakukan kompres dingin, tidak perlu dengan es karena bisa berdampak syok. dapat mengembalikan cairan intravena dan peningkatan nilai trombosit darah.



BAB III
PENUTUP

A.       Kesimpulan
Penyebaran penyakit DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, sehingga pada wilayah yang sudah diketahui adanya serangan penyakit DBD akan mungkin ada penderita lainnya bahkan akan dapat menyebabkan wabah yang luar biasa bagi penduduk disekitarnya.
Pencegahan dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk diwaktu pagi sampai sore, karena nyamuk aedes aktif di siang hari (bukan malam hari). Misalnya hindarkan berada di lokasi yang banyak nyamuknya di siang hari, terutama di daerah yang ada penderita DBD nya.
Fokus pengobatan pada penderita penyakit DBD adalah mengatasi perdarahan, mencegah atau mengatasi keadaan syok atau presyok, yaitu dengan mengusahakan agar penderita banyak minum sekitar 1,5 sampai 2 liter air dalam 24 jam (air teh dan gula sirup atau susu).
B.      Saran
Beberapa ada cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD melalui metode pengontrolan atau pengendalian vektornya adalah:
a)      Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat. perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah.
b)       Pemeliharaan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang) pada tempat air kolam, dan bakteri (Bt.H-14).
c)      Pengasapan atau fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion).
d)      Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air seperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.
Load disqus comments

0 komentar